Kamis, 08 Januari 2015

Rezeki Barokah



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Adalah alamiah, menjadi hak Allah untuk memberikan seberapa banyak rezeki kepada kita manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang kita orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak bisa menjaga amanah.
Pada dasarnya kita manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah SWT dan Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.
Harta yang ada pada kita orang, saat ini yang berada dalam pengelolaan kita sebenarnya adalah milik Allah SWT, harta itu bukanlah milik kita, kekuasaan-Nya yang menentukan kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak, maka Allah yang akan menyalurkan, bahkan dapat secara paksa disalurkan-Nya.
Tengoklah, uang yang saat ini ada di kantong kita orang bisa jadi adalah bukan milik kita, itu milik orang miskin atau bahkan uang tersebut adalah milik pencopet, pencuri atau perampok yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.
Yang sebenarnya menjadi milik kita orang adalah uang yang kita sedekahkan, uang yang telah kita infaqkan karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat kelak, sedangkan tabungan kita di dunia ini masih misteri milik siapa harta tersebut.
Sesungguhnya, rezeki itu ada 2, yaitu rezeki yang nampak secara lahir dan rezeki yang tak nampak secara lahir. Rezeki yang lahiriah, yaitu materi, bisa berwujud uang, mobil, lahan, perhiasan. Rezeki yang tak nampak secara lahir itu seperti, kesehatan, dikaruniai anak yang cerdas dan sholeh, kedudukan atau pangkat, diberikan kekuatan untuk selalu taat, beriman dan kesanggupan untuk beramal shalih.
Rejeki yang berbentuk lahir, yang barokah itu adalah apabila wujudnya halal, dicari dengan cara yang halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat untuk kemaslahatan atau kebaikan hidup manusia lainnya.
Lebih baik kita orang memilih rejeki sedikit tapi barokah dibanding rejeki yang banyak tapi tidak barokah, karena didapat dengan cara haram memperolehnya, maka yang sedikit namun barokah-lah yang selayaknya dan lebih utama kita pilih.
Lebih baik rezeki barokah, meskipun sedikit rezekinya akan dicukupkan hidup kita oleh Allah, demikian juga keinginan kita senantiasa ‘kan terkendali terhadap hal-hal yang menjadi kebutuhan.
Dengan rezeki barokah, menjadikan apa yang dimakan kita akan memberikan kesehatan dan ketentraman dalam hidup, keluarga menjadi penyejuk hati, ayah,ibu dan anak saling mengerti akan keadaan, diberi kecerdasan dan kesabaran dalam menjalani hidup dan yang terpenting diberi kenikmatan untuk menjalankan ibadah, menjaga keimanan untuk taat dan lebih bertaqwa pada Allah, dikarenakan diadakan jalan keluar dari kesulitan. Berikut ini Firman-Nya.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. QS:Ath-Thalaaq:3.
“Barokah” pengertianya adalah: kebaikan ilahi yang ada pada sesuatu dengan ciri adanya perkembangan dan pertambahan pada sesuatu tersebut.
Pengertian 'rejeki yang barokah' adalah 'rejeki' yang di dalamnya terkandung kebaikan, perkembangan dan pertambahan.
Merujuk pengertian, dapat diketahui ciri-ciri dari rejeki yang barokah adalah Rejeki yang di dalamnya memenuhi sebagian atau keseluruhan dari tiga ciri berikut:
1. Bermanfaat bagi banyak orang bahkan bagi makhluk lainnya.
2. Tidak berkurang manakala dimanfaatkan.
3. Jumlahnya bertambah manakala dimanfaatkan.
Marilah mulai sekarang kita belajar mensyukuri nikmat yang Allah berikan, bukan hanya nikmat harta benda tetapi nikmat Islam, Iman dan ihsan. Mari kita cermati Firman Allah berikut ini:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS:Ibrahim: 7.
Kita perlu selalu bersyukur terhadap kesehatan yang diberikan Allah, maka wujud syukur yang kita nyatakan dengan memperbanyak amal dan beribadah pada Allah, memperbanyak shalat dan puasa sunnat.
Bersyukur terhadap rezeki apa saja yang diberikan Allah, wujud bersyukur bukan hanya mengucapkan Alhamdulilah, tetapi juga banyak berbagi baik harta maupun ilmu pada sesama.
Bersyukur yang paling berat kita lakukan ketika kita menerima musibah, maka tetap musibah sebagai ujian yang kita syukuri.
Semoga Allah SWT mengkaruniakan pada kita kehati-hatian bila dititipi rezeki, karena bila kita diuji dengan rejeki yang riba tidak barokah ternyata akan lebih mudah dari pada kita diuji dengan rejeki yang barokah. Kita orang telah diperingatkan dalam surat Al-Mu'minuun berikut ini.
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka". QS;23.Al-Mu'minuun : 57.
Namun demikian, sudah menjadi kehendak Allah, betapapun bahagianya orang yang lengah, masih lebih bahagia orang yang senantiasa ingat dan waspada. Mari kita simak Firman Allah berikut ini:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
QS:Al-Mulk: 15.
Apabila kita mengambil harta yang sudah dijanjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.
Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. QS:Saba':39.
Apabila rejeki yang kita peroleh dengan cara tidak halal, maka akan banyak berakibat kerugian yang lebih besar.
1. Akan dijauhkan dari nilai barokah, tidak ada keberkahan di dalamnya.
2. Doa tidak diijabah alias tidak dikabulkan.
3. Sedekah tidak diterima.
Rejeki yang halal dan barokah, niscaya akan memperoleh ekses yang sebaliknya, yakni keberkahan yang selalu menyertai hidup, doa-doa kita mudah dikabulkan, dan sedekah amaliah-pun mudah diterima oleh Allah SWT.
Dalam konteks ini, salah satu ciri orang yang beriman adalah berbahagia dan bersyukur kepada Allah SWT apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya.
Mari kita orang mencari rezeki dengan cara yang halal dan tidak mendzalimi orang lain, membersihkan penghasilan dengan mengeluarkan zakat, memanfaatkan rezeki untuk hal-hal yang diridhai Allah SWT. Insya Allah rezeki, umur dan kehidupan kita akan mendapat barokah dari-Nya.
Ya Allah Ya Rabbil alamin
Hindarkan dari mengejar keinginan yang tiada batas,
Jadikanlah rezeki yang engkau berikan cukup bagi kami,
Jadikan kami bermanfaat bagi lingkungan sekitar kami
Berkahilah pekerjaan, rezeki, keluarga dan umur kami Ya Rahman.
“Allahumma innii as’aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan.” Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rejeki yang baik dan amal yang diterima.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar