Minggu, 28 Desember 2014

TEEN DATING VIOLENCE

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
'Teen Dating' adalah pola hubungan antar remaja yang melibatkan unsur psikis dan fisik, emosional dan rasa cinta, eksplorasi seksual dan ketertarikan antar lawan jenis.
Pola ini terjadi ketika remaja mulai memasuki awal masa puber dan menemukan perasaan yang berbeda ketika merasakan perubahan hormonal mempengaruhi cara bertindak dan berpikir para remaja.
Pada remaja puber yang mengalami kematangan fisik, fungsi kendali logikanya, akan banyak berubah dan menempatkan keinginan untuk dating sebagai sebuah keniscayaan.
Pada awalnya, mereka mulai merasakan perasaan Jatuh Cinta terhadap lawan jenis yang menarik perhatian dirinya.
Lalu, keberanian itu datang, mencoba melakukan relasi cinta dan membina hubungan yang disebut dengan Dating/Berpacaran
Ajaran Islam ada istilah taaruf sebelum pernikahan. Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, main atau bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya.
Tujuan taaruf disini adalah sebatas untuk mengenal karakter calon pasangan kita, bukan untuk ‘having fun together’?
Pergi berduaan tanpa ditemani mahram atau keluarga, seharusnya dihindari. Karena kita tidak tahu apa yang bisa dan mungkin terjadi. Ketentuan ini harus tetap berlaku meskipun sudah dalam proses menuju pernikahan. Selama pernikahan belum terlaksana si dia? tetaplah non mahram.
Mulanya, hubungan cinta Antar Remaja berjalan baik-baik saja. Namun, fakta dan penyimpangan yang terjadi membuktikan, bahwa ada sebuah kesalahan dalam bertindak dan bersikap yang dilakukan sebagian remaja.
Sebagian di antara mereka, salah mengartikan arti cinta itu sendiri. Sadar atau tidak sadar, hubungan cinta yang semula berjalan dengan sangat lembut, berubah menjadi pola kekerasan yang banyak tidak disadari oleh kaum remaja itu sendiri.
Batasan-batasan syariat juga harus tetap dijaga. Didalam sebuah hadist shohih Rasulullah saw. Menegaskan Tidaklah diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk berkhalwat (berduaan), karena sesungguhnya ketiga dari mereka adalah syetan, kecuali adanya mahram? (HR Ahmad dan Bukhari Muslim, dari Amir bin Rabiah)
Dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia pergaulan agar kita
dapat diterima oleh lingkungan, dan keyakinan atau syariat islam pun tetap terjaga. Namun sebetulnya kaidah yang paling tepat dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati. Usahakanlah untuk mengerti situasi kapan kita harus serius dan kapan harus santai, "think before you act" sangatlah penting.
TEEN DATING VIOLENCE & FAKTA
1. Satu dari 5 remaja putri Indonesia, mengalami kekerasan dalam masa berpacaran (riset JBDK –Press Release Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, 8 April 2009)
2. Kekerasan dalam pacaran memang menempati urutan kedua dalam kasus kekerasan terhadap perempuan setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bahkan berdasarkan data dari Komnas Perempuan sejak tahun 2010 terjadi 1.000 kasus kekerasan dalam pacaran. Angka di lapangan mungkin diperkirakan akan lebih banyak lagi karena banyak korban yang belum berani melapor.
3. Ratusan Video Porno dihasilkan remaja Indonesia dalam kurun waktu 2001-2009. Korban terbesar 16-24 tahun.
4. Dua s.d.4 juta aborsi setiap tahun. 60 persen dilakukan kalangan remaja dan mahasiswa, adalah para remaja Putri yang direkam aktifitas seksualnya, justru oleh kekasihnya sendiri.
Jenjang umur para korban Dating Violence di kalangan remaja di usia 16-24 tahun.
Etika pergaulan dalam islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis besarnya adalah.
1. Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur:30-31).
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". :An-Nuur: 30.
2. Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syari'at, yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh selain wajah, telapak tangan dan kaki (An-Nur:31)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. QS:An-Nuur: 31.
3. Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika bermu'amalah dengan lelaki,
4. Di waktu mengobrol hendaknya ia menjahui perkataan yang merayu dan menggoda (Al-Ahzab:32)
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik, QS:Al-Ahzab: 32.
5. Di waktu berjalan hendaknya wanita sesuai dengan apa yang tertulis di surat (An-Nur:31 & Al-Qashash:25).
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu". QS:Al-Qashash: 25.
6. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan muhrim.
Ciri-ciri Dating Violence : Adanya sebuah kesengajaan dari salah satu pihak/pasangan dating yang melakukan pemaksaan secara fisik, kekerasan seksual, dominasi secara psikis, melakukan sebuah ancaman atau penistaan terhadap pasangannya sendiri dan bertujuan akhir untuk mengambil keuntungan secara materi maupun non materi atas nama cinta yang sebenarnya adalah pola kekerasan yang berusaha ditutupi.
DATING VIOLENCE
1. Kekerasan Fisik : Perkosaan, Memukul, Melukai dan Membunuh
2. Mengumpat & Mempermalukan pasangan di depan umum.
3. Mengancam (ancaman putus atau ancaman membeberkan hal yang rahasia kepada umum)
4. Mengirim pesan SMS atau menelpon berkali-kali
5. Membatasi pergaulan dari sang pasangan
6. Memaksa pasangan untuk menuruti semua perintah dan mencoba mengisolasi pasangan dari keluarga, sekolah dan teman-teman.
7. Kecemburuan yang luar biasa
8. Tindakan Posesif yang kelewat batas
9. Menghambat semua cita-cita dan keinginan pasangan
10. Memaksa melakukan hubungan seks dengan cara merayu, merangsang dan memaksakan kehendak.
11. Memaksakan sesuatu yang justru membahayakan pasangannya (Narkoba, Penyiksaan, dsb)
MEMECAHKAN PROBLEM DATING VIOLENCE
1. Membuka saluran komunikasi antara orang tua dan anak remaja.
2. Memberikan pengertian kepada orang tua untuk turut serta/care terhadap aktifitas dating yang dilakukan putra-putrinya.
3. Perlunya pendidikan tentang Dating yang sehat dan DATING VIOLENCE
4. Membuat kerja sama pengawasan dengan pihak sekolah (Teen Dating Contract)
5. Menyebarluaskan kampanye Anti Dating Violence ke seluruh sekolah di seluruh Indonesia
6. Membuat remaja pro aktif menceritakan permasalah Dating kepada keluarga maupun guru di sekolah.
7. Membangkitkan kesadaran antar teman, untuk melindungi atau bersama-sama menyelesaikan masalah dating violence yang menimpa salah seorang teman.
8. Menjadikan wacana Dating Violence sebagai sebuah pembelajaran bersama bagi Orang tua, Remaja dan Sekolah
Hubungan berpacaran atau bertunangan yang sehat adalah hubungan yang terbuka, setara tidak ada yang mendominasi, saling mendukung, serta membuat individu berbahagia.
Jikalau kita orang ternyata termasuk ke dalam hubungan yang rentan dengan kekerasan dan masih ragu untuk memutuskan apakah hubungan harus diteruskan atau tidak, tanyakan hal-hal berikut ini kepada diri:
Apakah hubungan yang didasari cinta harus mendatangkan ketakutan pada diri kamu?
Apakah pasangan yang tidak dapat menjadi imam, membuat kita berpikiran terus membuat hati tidak tenang?
Apakah normal jika kamu terus menangis atau sedih karena perilaku yang dilakukan pasangan?
Apakah pantas jika pasangan membuatmu merasa rendah diri (misal: minta foto diri, yang bugil lagi)?
Apakah yang dilakukan pasangan merupakan perilaku yang didasari rasa cinta yang tulus dan suci?
Jika kebanyakan jawaban adalah TIDAK, maka kita orang tidak perlu khawatir untuk berhenti dalam hubungan berpacaran tersebut.
Ingat bahwa kita punya hak untuk menjadi bahagia dan kekerasan bukan hal yang pantas dilakukan di dalam sebuah hubungan berpacaran atau bertunangan.
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan.
Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi pandang atau melihat fotonya.
Islam telah mengajarkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung, bukan melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat.
Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan.
Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi pandang atau melihat fotonya.
Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung, bukan melalui media foto (bukan foto bugil), lukisan, atau video.
Namun demikian, perlu kita perhatikan hadist Rasullulah SAW berikut ini.
“Sesungguhnya wanita itu ialah aurat, dan bila ia keluar dari rumah, maka syetan mengesankannnya nampak lebih cantik. Karenanya, wanita itu memiliki anggapan, “Tidaklah ada seorang lelakipun yang menyaksikanku melainkan ia terpesona denganku.” (Riwayat At Tirmizy dan At Thabrani)
Wallahu a’lam bish-Shawab.
“Wa ‘alaihis salam wa rahmatullah wa barakaatuh”.

Selasa, 23 Desember 2014

“Lila Lamun Ketaman, Kelangan Ora Gegetun”

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Lebih baik siap kecewa dari pada kecewa beneran.
Kita tidak perlu merasa takut menghadapi segala macam percobaan hidup, betapapun berat penderitaannya.
Kita orang tidak perlu merasa takut kehilangan bila suatu waktu kita harus kehilangan barang milik yang kita sayangi.
Sahdan, dalam menapaki perjalan hidup ini kita orang niscaya tidak mungkin dapat ingkar dari kenyataan, bahwa sekali waktu akan menghadapi percobaan dan mengalami kehilangan.
Kita manusia yang hidup di dunia ini tak akan pernah luput dari cobaan. Dengan cobaan itu dapat diketahui sampai sejauh mana kualitas iman kita kepada Allah SWT.
Kiranya kita tak perlu berkecil hati jika suatu saat kita mendapat cobaan dari Allah SWT.
Putus asa dan terjebak dalam duka yang tak berkesudahan bukanlah sifat seorang muslim. Seorang muslim hendaknya senantiasa optimis dan berpikiran positif. Berbaik sangka kepada yang telah memberikan cobaan, yaitu Allah SWT merupakan jalan terbaik yang patut kita pelajari dan ambil hikmahnya.
Untuk itulah, mari kita belajar untuk lebih siap kecewa, dari pada kecewa beneran, agar di dalam menghadapi kenyataan semacam musibah, kita harus bersikap rela atau ikhlas, tanpa penyesalan, lebih-lebih penyesalan yang menjurus ke arah patah semangat atau putus pengharapan.
Cobaan hidup ini memang terkadang terasa sangat berat, sehingga banyak sekali kita manusia yang merasa sangat menderita manakala mendapatkan cobaan dari Allah SWT.
Bersikap rela meski menghadapi percobaan atau penederitaan, rela meski dilukai hatinya atau dihina, dan tidak menyesal kehilangan semua barang milik yang disayangi, serta tidak segan-segan mengikhlaskan jasa baiknya kepada orang lain.
Pangkal dari masalah kita sebenarnya bukan masalah itu sendiri, tetapi bagaimana cara kita dapat menyikapi dan menerima dengan rela serta ikhlas cobaan yang Allah ujikan pada kita orang. “Lila Lamun Ketaman, Kelangan Ora Gegetun”
‘Ketaman’ dalam arti menderita atau menghadapi percobaan. Dapat pula berarti mengalami akibat buruk dari perbuatan orang lain, seperti difitnah atau dilukai hati ini sampai sakitnya di hati ini. Kita orang harus siap kecewa, harus dapat menerima semua dengan rela dan ikhlas.
‘Kelangan’ dalam arti kehilangan barang milik, atau kesayangan. Dapat pula diartikan kehilangan rasa, bahkan jasa baik seseorang kepada orang lain. Kita harus menerimanya dengan rela dan ikhlas pula karena telah siap dengan kekecewaan.
Menerima akibat buruk dari perbuatan orang lain, menerima ejekan, cemoohan, fitnah, bialaman perlu kita dapat bersikap rela dan ikhlas, tidak mudah terpancing emosi, tidak terpancing marah atau terdorong nafsu untuk membalas dendam. Inilah dia yang dimaksud ungkapan ‘Lila Lamun Ketaman’.
Kita orang sering merasa merana, menderita bukan karena kenyataan yang terjadi tetapi sesungguhnya karena tidak bisa menerima kenyataan tersebut.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi´ar-syi´ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. QS:22. Al-Hajj, 32.
Agungkan syi’ar Allah SWT dengan ketaqwaan, ringankan kita untuk mengamalkan perbuatan baik atau jasa demi kesejahteraan hidup orang lain. Tidak menghitung-hitung jasa baik kita kepada orang lain, dan bilamana perlu tidak menuntut imbalan dari jasa kita kepada orang lain. Upayakan kita tidakm pernah merasa rugi apabila kita berbuta baik untuk orang lain.
Inilah dia, yang dimaksud dengan uangkapan ‘Kelangan Ora Gegetun’.
Dengan sikap dan perilaku yang demikian, tentu terjaga kerukunan, tenggang rasa, gotong-royong, dan tolong-menolong.
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. QS:4. An-Nisaa, 79.
Terkadang kita lalai dalam mengevaluasi diri kita setelah tertimpa masalah/musibah. Kita cenderung mengedepankan emosi serta mencari-cari kesalahan orang lain. Kita harus ingat bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah luput dari dosa. Cara untuk menghilangkan/megurangi dosa tersebut tentu dengan bertaubat.
Cobaan hidup yang kita jalani sebagai pengingat jikalau hidup kita hanya sebentar saja, meskipun kita jauh merantau di negeri orang. Dengan cobaan itulah, Allah SWT senantiasa mengingatkan manusia bahwa mereka itu adalah makhluk yang lemah, tiada daya dan upaya kecuali atas izin dan kehendak Allah SWT. Tidak ada yang patut kita banggakan atau disombongkan.
Rasulullah SAW telah bersabda “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari 6053)
Hadits ini jelas sekali mengingatkan umat Islam bahwa hidup ini hanyalah ibarat sebuah perjalanan, yang suatu saat pasti akan berakhir atau mencapai tempat tujuannya, yaitu kampung akhirat.
Dengan adanya cobaan, maka umat muslim akan senantiasa diingatkan bahwa di dunia ini tidak ada yang kuat dan tidak ada pula yang abadi. Semua akan kembali kepada Allah SWT.
Dalam menghadapi berbagai masalah kita orang perlu selalu ingat jikalau tidak ada satupun masalah yang tidak ada solusinya. Salah satu jalan utama untuk mendapatkan jawaban dari masalah kita adalah dengan bertaubat.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un انا لله وانا اليه راجعون adalah potongan dari ayat Al-Quran, dari Surah Al-Baqarah, ayat 156. Isi penuh ayat tersebut adalah:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun". QS:2.Al-Baqarah,156.
Bacalah "istirja" atau "tarji". Istirja' apabila kita orang sedang tertimpa musibah dan biasanya diucapkan apabila menerima kabar duka cita seseorang. Kita yakini bahwa Allah adalah Esa yang memberikan dan Dia jugalah yang mengambil, Dia menguji umat manusia. Oleh karenanya, kita serahkan diri kepada Allah SWT dan bersyukur kepada Allah atas segala yang kita terima. Dalam menghadapi cobaan kita orang perlu untuk lebih bersabar dan menyebut ungkapan ini saat menerima cobaan atau musibah.
Pada hakekatnya kita orang perlu sering untuk instropeksi terhadap kesalahan diri kita sendiri dan janganlah dibiasakan melihat atau mencari kesalahan orang lain.
Tidak mudah memang, dapat berlaku rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat, rela mengorbankan kepentingan suku bangsa atau golongannya demi kerukunan dan kesatuan hidup berbangsa dan bernegara, belajar mencapai kesempurnaan hidup.
Diriwayatkan dari ‘Ali bin Al Husain, dari kakeknya Rasulullah SAW, ia bersabda,
ما من مسلم يصاب بمصيبة فيتذكرها وإن تقادم عهدها فيحدث لها استرجاعا إلا أعطاه الله من الأجر مثل يوم أصيب بها
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia mengenangnya dan mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wa inna ilaihi rooji’un) melainkan Allah akan memberinya pahala semisal hari ia tertimpa musibah” (Hadits riwayat oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Kitab Al Bidayah wan Nihayah, 8:221 oleh Ibnu Katsir).
Cobaan hidup yang menimpa kita orang merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT kepada umat-Nya. Dan itulah salah satu wujud indahnya berada di dalam naungan keimanan dan ketaqwaan.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR. At Tirmidzi 2398, Ibnu Majah 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, 143).
Wallahu a’lam bish-Shawab.
“Wa ‘alaihis salam wa rahmatullah wa barakaatuh”.

Senin, 22 Desember 2014

Tego Larane Ora Tego Patine.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarahkathu,
Betapapun besarnya kemarahan kita, janganlah sekali-kali kita berbuat yang dapat menyebabkan kerugian fatal bagi anggota keluarga kita dan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. "Tego Larane Ora Tego Patine"
Jikalau di antara saudara kita ada yang berbuat kesalahan besar terhadap kita, kita boleh marah, justru jikalau perlu kita boleh memukul atau menendang saudara kita tadi sampai ia merasa kesakitan.
Akan tetapi betapapun besarnya kemarahan kita, sekali-kali janganlah hendaknya kita orang berbuat sesuatu yang menyebabkan saudara kita terluka, apalagi sampai meninggal dunia.
Apabila kita cermati secara seksama ternyata kita orang telah diperingatkan Allah dalam surat Al-Baqarah berikut ini.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ لَا تَسْفِكُونَ دِمَاءَكُمْ وَلَا تُخْرِجُونَ أَنْفُسَكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ ثُمَّ أَقْرَرْتُمْ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya". QS.2. Al-Baqarah, 84.
Ini dia pengekangan manajemen pengendalian diri demi kerukunan, keutuhan keluarga dan demi kerukunan keutuhan dan persatuan bangsa.
Jikalau saja dalam negara kita terdapat suku bangsa yang berbuat tidak baik, kita boleh marah, kalau perlu kita orang boleh mengajukan protes keras, tetapi janganlah sekali-kali kita melakukan tindakan yang dapat berakibat fatal bagi suku bangsa kita, sebab tindakan kita yang dendam kelewat batas dapat merusak kesatuan dan persatuan bangsa.
Telah diingatkan kita dalam surat-Nya di Al-Hijr, berikut ini.
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan". QS. 15. Al-Hijr, 47.
Saudara kita tentu dekat di hati selalu, senasib sepenanggungan, seringnya duduk berhadapan bahkan satu dipan. Kita semua mempunyai saudara, alangkah bahagia pabila tak ada musibah yang diujikan.
Saudara, sahabat lebih dekat lagi, adalah semua pihak yang selalu bergaul dengan rapat dengan kita, terdapat hubungan saling mencintai dan saling membutuhkannya, terdapat tindakan saling memberi dan menerima bantuan moril maupun materiil.
Kebahagiaan kita adalah kebahagiaan saudara kita, kebahagiaan saudara kita adalah kebahagiaan kita.
Tetapi di balik segi yang positif, dalam pergaulan di antara kita saudara terdapat segi negatif, yaitu pertentangan kepentingan, kontroversi, perbedaan pendapat, perselisihan.
Kalau kita orang tidak dapat mengekang membatasi diri, berlaku waspada lagi sabar diri, segi negatif tadi dapat memicu perpecahan di antara kita bersaudara.
Untuk itu, adanya perselisihan, pertentangan, beda pendapat di antara kita saudara harus segera dapat kita selesaikan secara baik.
Jikalau sampai terpaksa menggunakan kekerasan, lebih baik tidak sampai menimbulkan kerugian fatal atau bahkan menyebabkan saudara kita terluka bahkan sampai menyebabkan kematian saudara kita. Sebab kerugian atau kematian saudara kita itu pada hakekatnya menimpa dan merugikan kita sendiri.
Kita orang yang mengaku beriman, sesungguhnya mustahil jika tak dapat menjaga hubungan tali silaturahmi di antara kita saudara? Peringatan untuk menjaga hubungan persaudaraan, dan selalu memperbaiki silaturahmi telah tersirat dalam surat Al-Hujuraat berikut.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat". QS. 49.Al-Hujuraat, 10.
Semua orang dapat saja marah? dan semua orang pernah marah. Akan tetapi, di antara kita yang mudah marah, ada yang dapat mengekang diri, 'adap asor' rendah hati.
Kita orang yang tidak dapat mengekang diri biasanya bersikap emosional, merasa paling super, mudah jumawa alias sombong atau riya', suka menyakiti melukai perasaan meskipun tanpa disadarinya.
Ya Allah ya Rabbalalamin, jauhkan kami dan saudara sahabatku dari sifat buruk sangka, jauhkan dari sikap emosional, jauhkan dari sikap mudah marah, tidak mudah riya' apalagi sombong yang tidak Engkau sukai ya Allah, berikan kami sikap yang sabar mudah memaklumi lagi memaafkan maupun mudah meminta maaf. Teguhkan ketaqwaan dan keimanan kami beserta saudaraku, lindungilah kami dari hasutan syaitan. Jika sudah demikian ya Allah jauhkan dari musibah meskipun itu sebagai ujian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada-Mu ya Allah. Aamiin ya Rabbal alamin.


Kamis, 18 Desember 2014

Mari kita kerja, senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kerja, kerja, kerja, bekerja untuk kerja.
Kita manusia diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada diri kita sendiri, dan juga kepada keluarga yang kita sayangi.
Mari kita kerja, senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan takwa kita akan dapat meraih rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
Allah SWT memerintahkan kerja dan bekerja kepada setiap hamba-Nya yang termuat dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup kita untuk mencapai haqq-ul-yaqin pada surat Attaubah,105 berikut ini.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. QS:9.At-Taubah:105.
Hidup ini bukan tentang menghasilkan uang, mendapatkan kekuasaan atau ketenaran. Hidup ini jelas bukan tentang kerja, bekerja atau pekerjaan.
Bekerja hanya diperlukan untuk membuat kita tetap bisa bertahan hidup sehingga kita bisa sejahtera menikmati keindahan dan kebahagian dari kehidupan.
Dalam salah satu riwayat shahih Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ .
“Sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mengambil tambang kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah lebih baik baginya dari pada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunai keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian meminta-minta padanya, adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak.” (HR. Bukhari, 5/320 dan Muslim).
Hadits ini menjelaskan tentang betapa pentingnya “bekerja” bagi seorang Muslim, walau hanya dengan mencari kayu bakar.
Bekerja, untuk mendapatkan rezki yang halal kita dituntut bekerja keras tidak malas, dikarenakan banyaknya rezki belum tentu sama, salah satu cara mencari rezki adalah bekerja dan berdo’a, bukan karena seberapa banyak rezki akan tapi yang penting adalah dari mana rezki didapat dan dibelanjakan serta untuk apa? Inilah antisipasi korupsi yang sesungguhnya!
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya unsur pemberian dari pihak luar ‘gratifikasi’, yang dapat diindikasikan adanya satu kepentingan tertentu menyatakan tentang keadaan yang samar tentang kehalalan atau keharaman dari sesuatu. Rezki yang syubhat perlu diantisipasi sebagai tindak korupsi, karena bekerja sama dengan pihak yang secara umum diketahui kedzaliman atau pelanggarannya terhadap syariah.
Kita manusia diminta hati-hati dalam perbuatan syubhat. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan…” (HR. Muslim).
الإبتعاد عن الشبهات
Syubhat apabila sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya, tentang keadaan samar.
Bagaimana memperoleh rezki yang halal sebagai rahmat dari Allah adalah yang dicari sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Anbiya berikut ini.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. QS:21.Al-Anbiyaa:107.
Bagaimana rezki dapat menjadi berkah-rahmah-kasih sayang-ampunan untuk alam semesta (Rahmatan lil alamin untuk umat manusia, untuk jin, dan untuk segala bentuk kehidupan lainnya).”
Pada dasarnya bukan tempat di mana kita tinggal, yang penting bagaimana kita berpikir, bersikap, dan bertindak. Manusialah yang menjadi sentral dari segala urusan di muka bumi ini. Karena begitulah maksud Allah SWT mengapa manusia diciptakan di muka bumi ini dan ditegaskan lebih jauh fungsi manusia di alam semesta ini.
Hendaknya pola pikir orang-orang beriman adalah memupuk keinginan untuk terus belajar yang berpengaruh pada bertambahnya tingkat kebijaksanaan, baik dalam bersikap dan berkata, sehingga sebagai pengikut Rasulullah SAW mampu mendukung misi beliau sebagai “rahmatan lil alamin”: Berkah bagi alam semesta.
Orang berilmu dan beradab tidak akan tinggal diam hanya beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. Merantau di negeri seberang.
Tempat tujuan belajar dan merantau dapat di mana saja, yang penting harus disadari bahwa peningkatan ilmu pengetahuan harus berbanding lurus dengan peningkatan ‘keimanan’ dan perwujudan menjadi insan yang ‘ikhsan’. Allah maha benar dan maha mengetahui.
المراعاة بالأخوة الإسلامية
Dalam kerja dan bekerja, ada aspek penting masalah ukhuwah islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di antara kaum muslimin.
Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian” Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon, berburuk sangka.
Ibadah yang tak mungkin dilakukan tanpa biaya & harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja dan bekerja untuk mendapatkan rizki. Kerja dan bekerja untuk memperoleh rizki dalam rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib. Ada Kaidah fiqhiyah yang menyatakan.
مَالاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
Hakikatnya setiap Muslim diminta untuk bekerja meskipun hasil pekerjaanya belum dapat dimanfaatkan satupun makhluk Allah, termasuk hewan. Kita orang wajib bekerja karena bekerja merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri beribadah kepada Allah. Disebutkan dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Anas,
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَفِى يَدِ أحَدِكُمْ فَسِيْلَةً فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ تَقُوْمَ حَتىَّ يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Apabila hari kiamat telah datang dan pada tangan seseorang di antara kamu ada biji untuk ditanam, maka jika ia bisa menanam, tanamlah sebelum datang hari kiamat” (HR. Bukhari,, Adab al-mufrod 479).
Dalam banyak firman-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memotivasi manusia agar senantiasa bekerja dalam kehidupannya,
(وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا) [النبأ]
“Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja).” An-Naba’: 11.
(وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ )[الأعراف]
“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan (bekerja). Tetapi sedikit sekali di antaramu yang bersyukur.” l’raf: 10.
(هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ) [الملك: 15]
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” Al-Mulk: 15.
Bekerja merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menjadi kewajiban setiap manusia, semenjak masa Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Daud Alaihissalam tidak makan melainkan dari hasil jerih payah kerja tangan beliau sendiri, Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah seorang pedagang.
Beliau juga pernah bersabda,
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ .
“Tidak seorang Rasul pun diutus Allah kecuali ia bekerja sebagai penggembala domba. Para sahabat bertanya, “bagaimana dengan dirimu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Ya, saya dulu mengembala domba untuk penduduk Makkah.” HR. Bukhari, 8/21.
Dalam Islam bekerja diharapkan dapat memakmurkan bumi. Sedangkan memakmurkan bumi adalah bagian dari maqasidus syari’ah ajaran islam. Apa yang kita kerjakan seyogyanya juga untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup, termasuk hewan. Kita cermati Sabda Nabi SAW,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Siapakah dari kaum Muslimin yang menanam tananam atau tumbuhan lalu dimakan oleh burung, manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah,.” Muttaffaqqun ‘alaih, Bukhari, 2/5 dan Muslim,1552, 1553.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya.
Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” HR. Bukhari, 2051 dan Muslim, 1599.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberikan semangat untuk selalu kerja, bekerja keras dalam menjalani kehidupan ini, semoga kita senantiasa kerja untuk niat beribadah mencari rizki yang halal dan memanfaatkan secara benar. Insya Allah dan semoga diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi agung Muhammad Shallallahu alaihi wasallam serta keluarga dan para sahabatnya. AAmiin.

Minggu, 07 Desember 2014

Sing bisa prihatin sajroning bungah, lan bungah sajroning prihatin


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarahkathu,

Hendaknya dapat mempertahankan kesederhanaan di dalam kemewahan. dan dapat bertahan tawakkal, istiqomah serta tabah di dalam penderitaan.
Hendaknya dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan kemewahan di dalam keadaan keserba-adaan, dan hendaknya dapat bersikap tidak putus asa di dalam keadaan penderitaan yang sangat menekan. Telah dijelaskan secara gamblang dalam firman-Nya pada ayat Asy-Syuura : 36 berikut ini.

فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal". QS: 42 Asy-Syuura 36.
Ajakan untuk senantiasa dapat hidup di dalam keserasian, keselarasan dan keseimbangan terhadap kenikmatan hidup yang telah Allah berikan. Tapi ternyata ada yang lebih kekal kenikmatan itu tatkala kita lebih tawakkal lagi beriman.
Hendaknya tidak mudah tergiur, tidak terseret oleh semua godaan dan keinginan buruk yang mempersulit diri sendiri, yang membuat masalah melilit membelit diri sendiri.
Dalam kesulitannya itu pasti ada jalan keluarnya apabila mau berupaya berikhtiar diikuti berdo'a. Setiap masalah apalagi terukur pasti ada pemecahan masalahnya, karena kesulitan dan masalah yang ada itu tampak akibat ulah sendiri.
Semakin tawakkal sabar,akan segera diurai kesulitan dengan dikembalikannya segala urusan, dan masalah, kesulitan itu pada Sang Pencipta. Cermati firman-Nya dalam ayat Huud : 123 berikut ini.
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan". QS: 11 Huud 123.
. Diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Mushannaf nya menyebutkan etika standar yang wajib disadari oleh setiap Muslim agar tercipta sebuah masyarakat yang harmonis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكذبَ الْحَديثِ ، وَلَا تَحَسَّسُوا ، وَلَا تَجَسَّسُوا ، وَلَا تَحَاسَدُوا ، وَلَا تُدَابِرُوا ، وَلَا تَبَاغَضُوا ، وَكَوَّنُوا عِبَادَ اللَّهِ إخوانا
“Hindarilah oleh kalian prasangka buruk, sebab ia termasuk kedustaan besar, janganlah kalian saling menyindir, saling mencari-cari kesalahan, saling memendam rasa dendam, saling berselisih, dan saling bertengkar, namun jadilah kalian orang-orang yang bersaudara.”
Hendaknya kita orang dapat menahan diri, dalam suasana prihatin harus dapat bergembira, dan dalam keadaan gembira harus dapat berprihatin.
"Sing bisa prihatin sajroning bungah, lan bungah sajroning prihatin".
Dalam pengendalian hawa nafsu, hidup harus dikendalikan agar supaya dapat serasi selaras dan seimbang. Sebab kita manusia yang serba lemah sering lupa diri, bukan?
"Selamat bertahajud, witir, fajar, subuhan, syuru'.

Kamis, 04 Desember 2014

Su’udzon, berprasangka negatif

Bismillahhir rahmanir rahim:
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

‘Sedusta-dustanya ucapan’ itu adalah ‘berprasangka buruk’, karena akibatnya yang fatal dapat memutuskan tali-silaturahmi sebagai jalinan hubungan yang baik dengan orang.
Su’udzon, berprasangka negatif, menyangka buruk atau menaruh curiga terhadap seseorang yang belum terbukti orang tersebut melakukan kesalahan.
Prasangka buruk disebabkan oleh kumpulan prasangka, keraguan, kekhawatiran dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.
Bermula dari prasangka buruk, lalu berkembang menjadi tuduhan dusta, dilanjutkan dengan upaya mencari-cari kesalahan orang lain, berakhir dengan ghibah, ditutup dengan hujatan, cercaan dan makian. Akibatnya cerai berai menjadi perselisihan dan pertengkaran yang tak berujung. Kembarannya dinamakan ‘Padu, crah, congkrah, kerengan, padudon, sulaya’.
Putusnya tali-silaturahmi akibat prasangka buruk yang dimaksudkan yang berasal dari kata “silaturahmi”, yaitu shilat atau washi, yang berarti “menyambungkan” atau “menghimpun” dan “Arrahiim” yang berarti kasih sayang.
Dalam menjalin tali-silaturahmi seyogyanya kita saling membangun komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang yang menjadi keharusan dalam kehidupan seorang. Perhatikan Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini.
"Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah seduta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits 6064 dan Muslim hadits 2563.
Bagi yang suka ‘ber-prasangka buruk’ kenalilah jikalau termasuk pemilik sifat dan akhlak buruk yang tercela dan al-Quran memperingatkan manusia agar berhati-hati tidak sampai terkena penyakit ini.
Mari kita cermati perintah-Nya untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Terdapat larangan berbuat tajassus ialah mencari-cari kesalahan atau kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. QS:49 Al-Hujuraat:12.
Sebagian dari prasangka buruk itu adalah berdosa.
Orang yang bersikap ‘suuzon’ bersangka buruk juga sama dosanya seperti memakan daging saudaranya yang telah mati.
Jauhilah sifat penyakit hati ini, kerana ia juga dapat merugikannya juga.
Kembalilah ke jalan Allah سبحانه وتعالى dengan sebenar taubat dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut.
Barang siapa mempunyai sifat buruk sangka kepada sesamanya, maka ia wajib bertaubat dan beristiqfar kepada Allah سبحانه وتعالى.
Orang yang berburuk sangka adalah melakukan perbuatan jahat dan berdosa besar; Dan setiap perbuatan jahat, Allah سبحانه وتعالى akan mencampakkannya ke dalam neraka Allah.
Usahakan, dan tetapkan hati kita untuk selalu mendahulukan prasangka baik. Tinggalkan upaya
mencari-cari kesalahan orang lain. Sebaiknya kita mencari alasan-alasan positif bagi orang lain saat mereka melakukan kekeliruan. Kecuali dalam hal-hal yang telah jelas keharamannya.
Kita sebaiknya tidak punya sikap ‘suudzon’ berprasangka negatif, karena dengan suudzon, kita menutup pintu hati, tidak mau menerima dan menolak terus apa yang dikatakan saudara kita yang lain.
Bersangka baiklah ‘husnuzon’ kepada semua orang, karena berprasangka baik itu menguntungkan semua pihak dan perbuatan tersebut adalah perbuatan ‘mahmudah’ yang terpuji.
Hubungan harmonis mengharuskan seseorang membersihkan hatinya dari semua penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, hasad dan lainnya. Wajah yang berseri, senyuman yang tulus dan sikap pemaaf sangat berperan besar dalam mengharmoniskan hubungan antar sesama hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga kita orang dijauhkan dari sifat suka berprasangka buruk dan selalu dikumpulkan bersama orang-orang yang menjaga kemurniaan hati (jiwa), untuk selalu ingat kepada Allah disetiap saat, bukan yang selain itu, Aamiin.
Sebaiknya tidak berprasangka jahat kepada orang, karena ia merugikan semua pihak dan dosanya juga besar. Jika ada orang yang mempunyai sifat ini, beristiqfarlah kepada Allah سبحانه وتعالى, kerana Allah سبحانه وتعالى senantiasa menerima taubat hambanya.
.
والله أعلم بالصواب
Wallahu A’lam Bish Shawab
Allah akan memberikan taufik kepada kita untuk menyempurnakan keimanan, amal shalih, kegiatan saling menasehati agar menegakkan kebenaran kewajiban 'berdakwah' dan saling menasehati agar bersabar, sehingga kita dapat memperoleh keuntungan yang besar di dunia dan di akhirat kelak.
“Wa ‘alaihis salam wa rahmatullah wa barakaatuh"