Kamis, 30 Oktober 2014

Rupak Segarane

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,

“Rupak Segarane”
Dua buah kata yang mengandung pengertian kontradiksi.
‘Rupak’ yang berarti sempit, dan
‘Segara’ yang berarti kumpulan air yang sangat luas, seluas samudera.
‘Rupak Segarane’ berarti laut yang menjadi sempit, hingga tidak mampu lagi menampung air dari sungai-sungai yang mengalir ke samudera.
Bila air sungai itu tidak dapat ditampung oleh laut, maka akan terjadi luapan air yang melanda daerah sekelilingnya.
Maksud dari ungkapan ‘rupak segarane’ ialah orang yang tidak mampu lagi memberi maaf kepada orang lain, karena berkali-kali kebijaksanaan atau kebaikannya disalah-gunakan atau dilanggar.
Sebaiknya manusia dalam menapaki kehidupannya, saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita diajari untuk memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita diajak untuk meminta maaf.
Kita hidup didaulat untuk memliki ‘kesabaran’ dan kemudahan ‘memberi maaf’, terutama atas dasar memahami kekurangan orang lain dan memahami persoalan orang lain.
Bagaimana semestinya kita menyikapi perilaku orang lain yang mengganggu kita? Jawaban pertama adalah kesabaran. Allâh ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَىْءٍ مِنَ اْلخَوْفِ وَاْلجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
”Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa. Namun, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). QS;2 al-Baqarah: 155.
Terhadap kesalahan yang tidak disengaja (kulpa), atau hanya mimpi buruk yang disampaikan seyogyanya tidak segan-segan memberi maaf, bahkan terhadap kesalahan yang disengaja (alpa).
Memaafkan tidak hanya di bibir, tapi sampai di hati. Allâh ‘Azza wa Jalla melalui al-Qur’ân memberikan resep agar pemaafan tuntas, yakni memohonkan ampunan bagi mereka serta bermusyawarah.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمَتَوَكِّلِيْنَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allâh-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. QS:3 Ali ‘Imron: 159.
Memberi maaf berarti juga memberi keluasan dan peluang untuk tidak berbuat lagi. Sikap yang demikian disebut ‘jembar segarane’, artinya ‘lautnya luas’, kebalikan dari ‘rupak segarane’.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selalu menyarankan agar mimpi buruk itu tidak diceritakan kepada orang lain, atau dilupakan. Maafkanlah daku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada penanya,
لاَ تُحَدِّثِ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ فِى مَنَامِكَ
“Jangan kau ceritakan kepada orang lain kelakuan setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”.
Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan dalam salah satu khutbahnya,
لاَ يُحَدِّثَنَّ أَحَدُكُمْ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِى مَنَامِهِ
“Jangan sekali-kali kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan diri kalian di alam mimpi” (HR Muslim 2268).
Dalam riwayat lain, beliau menjamin ketika seseorang melupakan mimpi itu, dan memohon perlindungan dari setan, maka mimpi itu tidak akan berdampak buruk baginya. Beliau bersabda,
وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا، وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
Apabila kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri 3 kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemudian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Bukhari 7044, Muslim 2261, dan yang lainnya)
Bisa jadi mimpi buruk itu terwujud ketika seseorang berusaha menafsirkannya
Ketika menjelaskan hadis tentang mimpi buruk di atas, An-Nawawi mengatakan,
وأما قوله صلى الله عليه وسلم في الرؤيا المكروهة ولا يحدث بها أحدا فسببه أنه ربما فسرها تفسيرا مكروها على ظاهر صورتها وكان ذلك محتملا فوقعت كذلك بتقدير الله تعالى فإن الرؤيا على رجل طائر ومعناه أنها اذا كانت محتملة وجهين ففسرت بأحدهما وقعت على قرب تلك الصفة
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mimpi buruk, agar tidak diceritakan orang lain, sebabnya adalah: terkadang ada orang menafsirkan mimpi itu dengan tafsir yang buruk sebagaimana yang digambarkan dalam mimpi itu, meskipun masih ada banyak kemungkinkan, kemudian tafsir buruk itu terjadi dengan taqdir Allah ta’ala. Karena mimpi yang dialami seseorang ibarat sesuatu yang terbang. Artinya, ketika mimpi itu memiliki dua kemungkinan makna, kemudian ditafsirkan pada salah satu maknanya, maka maka akan terjadi sesuai yang mendekati sifat tersebut. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 15/18).
Ternyata tidak ditemukan satu ayat pun yang seolah menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, QS:24 An-Nuur: 22
Pesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Barangsiapa enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT.

Rabu, 29 Oktober 2014

Perbuatan riya namun bukan termasuk riya

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,

Melakukan ibadah bukan untuk tujuan beribadah itu sendiri, melainkan tujuan duniakah atau selain Allah?
Mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah, atau mencari tempat di hati manusiakah?
Termasuk Riyakah perbuatan ibadah kita?
Apabila hati kita dan hanya berharap ridha Allah dengan menceritakan, menyebarkan kebaikan, dan kelak orang lain akan mengikutinya atau akan mencintai kebaikan yang ada didalamnya maka hal ini dibolehkan, bahkan dianjurkan selama jiwa kita bersih dari berbagai penyakitnya karena menjadikan orang mencintai kebaikan adalah suatu kebaikan.
Perbuatan riya namun bukan termasuk riya?.
Berikut hadist dari Abu Dzarradhiyallahu 'anhu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya, "Apa pendapatmu tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia mendapat pujian dari manusia?: Beliau menjawab, "Itu adalah kebaikan yang disegerakan bagi seorang mukmin " (H.R. Muslim 2642).
Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan), riya adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain karena menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Dasar perbuatan riya adalah untuk mencari keridhaan Allah, penghargaan, pujian, kedudukan atau posisi di hati manusia semata dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya.
Apabila kita dalam beribadah menginginkan selain Allah. Kita ‘kan senang orang lain tahu atau melihat apa yang diperbuatnya, dengan promosi, ajakan yang berlebihan. Kita tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq. Selayaknya kita beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
Niat ibadah yang disebarluaskan, apalagi membuat orang lain iri, dengki, menderita karena ulahnya. Padahal, pada awalnya ketika ibadah dilakukan sendirian dapat ikhlas karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya kelihatan kalau ingin dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Subbhanallah, hindari dan jauhkan kami dari niat, sikap, kelakuan, perbuatan riya ini ya Rabb. Syarat paling utama suatu amalan diterima di sisi Allah adalah ikhlas, bukan terpaksa atau dipaksa, bukan karena ikut-ikutan karena penilaian atau tidak berpatisipasi atas ajakannya. Tanpanya, tanpa keikhlasan amalan seseorang akan sia-sia belaka.
Inilah riya, karena yang kita lakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya.
Termasuk ke dalam riya' yaitu sum'ah, yakni melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan, sehingga pujian dan ketenaran-pun datang. Riya dan semua derivatnya merupakan perbuatan dosa dan merupakan sifat orang munafik.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy berkata, ”Rasulullah SAW pernah menemui kami dan kami sedang berbincang tentang Al Masih Dajjal. Maka beliau Rasulullah SAW bersabda, ”Maukah kalian aku beritahu tentang apa yang aku takutkan terhadap kalian daripada Al Masih Ad Dajjal?’ kami menjawab, ’Tentu wahai Rasiulullah.’ Rasulullah SAW berkata, ’Syrik yang tersembunyi, yaitu orang yang melakukan sholat kemudian membaguskan sholatnya tatkala dilihat oleh orang lain,” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi). Pahala akan sia-sia dan tidak bernilai, karena beribadah mengharap pujian dari manusia, telah ditegaskan dalam firman Allah berikut ini.
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya,” QS.107 Al ma’un:4-6.
Syarat paling utama suatu amalan diterima di sisi Allah adalah ikhlas. Tanpanya, amalan seseorang akan sia-sia belaka.
Riya ada dua jenis. Jenis yang pertama hukumnya syirik akbar. Hal ini terjadi jika seseorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat manusia, dan tidak sedikit pun mengharap wajah Allah. Dia bermaksud bisa bebas hidup bersama kaum muslimin, menjaga darah dan hartanya. Inilah riya' yang dimiliki oleh orang-orang munafik.
Allah berfirman tentang keadaan kita apabila terjebak tidak tahu melakukan riya,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. QS:4 An-Nisaa: 142.
Ke dua, riya terkadang menimpa orang yang beriman. Sikap riya ini terkadang muncul dalam sebagian amal. Seseorang beramal karena Allah dan juga diniatkan untuk selain Allah. Riya' jenis seperti ini merupakan perbuatan syirik asghar (Mustafiid).
Hukum asal riya adalah syirik asghar (syirik kecil). Namun, riya bisa berubah hukumnya menjadi syirik akbar (syirik besar) dalam tiga keadaan berikut :
1. Jika seseorang riya kepada manusia dalam pokok keimanan. Misalnya seseorang yang menampakkan dirinya di hadapan manusia bahwa dia seorang mukmin demi menjaga harta dan darahnya.
2. Jika riya dan sum'ah mendominasi dalam seluruh jenis amalan seseorang.
3. Jika seseorang dalam amalannya lebih dominan menginginkan tujuan dunia, dan tidak mengharapkan wajah Allah. (Al Mufiid, 2007).
Agar kita terhindar dari perbuatan riya, solusinya kita biasakan mengetahui jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia dan mengetahui berbagai jenis riya serta faktor pendorong perbuatan riya. Berusaha mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla. Berusaha mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk akhir kehidupan. Lebih takut dari beramal untuk kepentingan dunia,
إن شاء الله 'Išyāʾ Allāh" 'Jika Allah mengijinkan' atau 'Kehendak Allah'.
Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita melalui sabdanya, 'Wahai sekalian manusia, jauhilah dosa syirik, karena syirik itu lebih samar daripada rayapan seekor semut.' Lalu ada orang yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana kami dapat menjauhi dosa syirik, sementara ia lebih samar daripada rayapan seekor semut?' Rasulullah berkata, 'Ucapkanlah Allahumma inni a'udzubika an usyrika bika wa ana a'lam wa astaghfiruka lima laa a'lam ('Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tidak aku ketahui)."
Sufyan ats Tsauri rahimahullah mengatakan, " Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik" (Dinukil). Hanya kepada Allah kita memohon taufik. Wallahu a'lam.

Ngundhuh wohing panggawe

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Seseorang yang berbuat tidak baik, kemudian mendapat akibat buruk dari perbuatannya itu?
Bisakah kita berbuat adil, berbuat dengan sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran?
Orang disebut adil apabila sesuai dengan standar hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.
Barang siapa dapat “Ngundhuh wohing panggawe" dapat sebagai 'rem' bagi semua orang yang mempunyai kecenderungan berkelakuan buruk.
Sebagian besar kita akan takut berkelakuan tidak baik, karena merasa takut kelakuannya yang buruk itu dapat berakibat buruk bagi dirinya.
Dalam Al Quran, kata ‘adl disebut juga dengan qisth (QS: 49 Al Hujurat:9).
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. QS:49 Al-Hujuraat: 9
Bagaimana kita bisa berlaku adil?
Kita usahakan untuk selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran.
Sebaiknya bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan karena faktor tersebut bukan berdasarkan pada kebenaran dalam Al Quran yang disebut sebagai keberpihakan yang mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras, tercermin dalam surat An Nisa berikut ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. QS:4 An-Nisaa: 135.
Dengan sangat jelas Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil seperti tersirat dalam Al Maidah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
QS:5 Al-Maidah: 8.
Mengapa kita menganggap sikap adil itu penting?
Salah satu tujuan utamanya adalah membentuk masyarakat yang
menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh alam–rahmatan lil alamin tersirat dalam Anbiya. Ayat ini memiliki sejumlah konsekuensi.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. QS: 21 Al-Anbiyaa: 107
Sebaiknya kita sedapat mungkin bersikap adil dan jujur pada diri sendiri, kerabat dekat, keluarga, anak dan istri, tetangga. Kejujuran, keadilan menjadi penting, terutama terkait dengan masalah hukum seperti yang telah tersirat dalam QS An Nisa’ 4:135.
Sebegitu pentingnya bersikap adil, karena dalam melakukan penilaian, kesaksian dan keputusan hukum prakteknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana berperilaku adil terasa berat dan sulit dirasa!.

Senin, 27 Oktober 2014

Memasuh Malaning Bumi

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Dialog yang bakal digagas “Memasuh Malaning Bumi” memberantas yang dapat merusak citra dan jati diri, konsep kehidupan yang dijalankan dengan “Amar ma'ruf nahi munkar” (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar), yaitu perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat, lingkungan kecil kita, keluarga kita, anak kita agar lebih bersabar terhadap hal-hal yang menimpa menjadi cobaan kehidupan.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. QS: 31 Luqman: 17
Asal muasalnya merupakan bait tembang yang selalu harus diingat, agar setiap yang kita kerjakan menuju pada ‘laku hambeg adil paramaarta, ber budi bawa leksana, mamasuh malaning bumi-mangasah mingising budi’, berlaku adil dan dermawan, siap melaksanakan kewajiban, membersihkan kekotoran dunia, agar dunia menjadi selamat sentausa dengan terus mengasah ketajaman budi.
Memasuh Malaning Bumi agar lingkungan kita dijauhkan dari kotoran bumi seperti maksiat, kolusi, korupsi, nepotisme, penjarahan, perampokan, penculikan, judi, mabuk-mabukan dan lain-lain.
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)
Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai kemampuan kita, yaitu dengan tangan, kemampuan, atau kekuasaan jika dia adalah penguasa yang punya jabatan, dengan lisan atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah selemah-lemahnya iman seorang mukmin.
Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49).
Dalam konteks melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kita harus melaksanakannya dulu. 'Ibda bi nafsik'! Mulailah dari diri kita sendiri, kemudian baru menyuruh orang lain. Jika tidak, resikonya adalah kita dilempar ke neraka.
Allah Ta’Alla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” QS. 61 Ash-Shaff: 2.
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” QS.2 Al-Baqarah: 44.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. QS: 24 An-Nuur: 21.
‘Mangasah mingising budi mangasuh malaning bumi memayu hayuning' bawana’ (menajamkan budi pekerti, membersihkan penyakit dunia, dan menjaga kesejahteraan kehidupan dunia). Sebagai konsep kearifan lokal dalam ‘ngayahi dharmaning gesang’ (tugas kehidupan) adalah 'angrancang kapti' yaitu keinginan seseorang melalui jati diri berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang dimiliki menempuh cita-cita hidup.
Laku hidupnya dengan mengembangkan ‘Candra Jiwa’ (membaca rasa) tipologi, pandai ‘angayut ayat winasis’ (pandai mengatur panca indera) menuju ‘dedalane mulya’ (menuju jalan kemuliaan) untuk mencapai jalan kehidupan yang berupa ‘harjaning kahendran Ian harjaning pati' (kehidupan dunia yang sejahtera dan akhir kehidupan yang khusnul khatimah).
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT sehingga bisa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi kemungkaran serta mengajarkannya kepada orang lain. Amien 3X.

Mangasah mingising budi, ambasuh malaning bumi

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Tawaran untuk ber-empati pada diri, mengenalkan pada suatu keadaan dengan merefleksikan pada diri sendiri akan menjadikan kita peka perasaan dan hati. ‘Empati’ sesuai dengan mengasah ketajaman hati dan pikiran. Sebuah filosofis Jawa “Mangasah mingising budi, ambasuh malaning bumi” (mengasah ketajaman hati, membersihkan keangkaramurkaan di bumi).
Bagaimana budaya dan lingkungan dapat kita integrasikan dengan ajaran agama? Hubungan ketiganya untuk memperkuat pemahaman tentang hubungan budaya, agama dan lingkungan dengan aktifitas keseharian masyarakat. Kekuatan mendasar terletak pada pegangan agama, hubungannya dengan kelestarian lingkungan yang diintegrasikan dengan hasil olah cipta, rasa dan karsa yang berupa budaya 'culture'.
Kita, manusia mahluk yang mulia diamanahkan melakukan kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar terhadap sesama. Mengajak mengerjakan kebaikan dan Mencegah perbuatan mungkar, agar kita tidak merugi waktu dalam menapaki kehidupan dengan kemantapan iman.
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. QS: 103 Al-'Ashr: 3
Kini, bermunculan tekad menggali nilai kearifan lokal sebagai langkah strategis dalam upaya membangun karakter bangsa. Budaya yang digali dari kearifan lokal bukanlah penghambat kemajuan dalam era global, namun justru menjadi filter budaya dan kekuatan transformasional yang luar biasa dalam meraih kejayaan bangsa.
Tersirat dalam komitmen ber-empati, sebagai ajakan untuk menjaga, memelihara, atau menyelamatkan dunia beserta lingkungannya dan di lain pihak diperlukan kekuatan yang besar untuk bersatu kita teguh bercerai kita runtuh menuju Indonesia kertaraharja.
Kawal, dukung dan awasi para pemimpin kita agar tetap memihak rakyatnya. Ajak berjihad, pekikkan perjuangan dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan. Ketahuilah bahwa 'jihad' paling utama, menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung resiko hukuman yang amat berat, daripada mengorbankan rakyat jelata.
Terungkaplah, "Jihad paling afdhol ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam". (HR. Aththusi dan Ashhabussunan).
Apabila kita melihat kemungkaran, hendaknya kita merubah dengan tangan kita, jika tidak mampu dengan lisan ucapan atau tulisan. Jika tidak mampu juga dengan hati, diam dan membenci dalam hati. Namun itu adalah selemah-lemahnya iman. Dengan hati ini artinya membenci dalam hati. Jika mampu dia akan merubahnya dengan lisan atau- pun tangan.
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim)
Untuk itu, mengamankan atau menyelamatkan ‘habitat’ lingkungan tempat tinggal kita dengan membuat dunia semakin rahayu dan lestari, telah terkandung dalam Sastra Gending melalui konsep “Hamemayu hayuning bawana” dengan pembersihan terhadap penyakit dunia atau “Hamemasuh memalaning bumi” serta terus mengasah ketajaman budi atau “Hangengasah mingising budi”.
Apabila niat baik telah kita jalankan misinya, seandainya seseorang mendapat hidayah melalui kita, maka itu pertanda sangat baik bagi kita. “Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Terapkan niat kita bersama dalam babakan Indonesia baru menuju bangsa yang maju, bangsa yang memiliki karakter kuat. Nilai-nilai karakter yang digali dari khasanah budaya selaras dengan karakteristik masyarakat setempat (kearifan lokal) dan bukan “mencontoh” nilai-nilai bangsa lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik dan kepribadian kita.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT sehingga bisa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi kemungkaran serta mengajarkannya kepada orang lain. Amien 3X

Sholat Tahajud adalah "barang mahal", bangun dan sholatlah

Assalamualaikum Wr Wb,
Sholat Tahajud adalah "barang mahal", bangun dan sholatlah!
Sholat Tahajud sunnat Mu'akkad sangat dianjurkan, dan mari sholat.
Rakaat Sholat Tahajud minimal 2 rakaat dan maksimal tidak terbatas.
Lakukan Sholat Tahajjud pada,
Sepertiga malam yang pertama dilakukan dari pukul 19.00 hingga 22.00; Sepertiga malam yang kedua dilakukan antara pukul 22.00 hingga 01.00; Sepertiga malam terakhir dilakukan antara pukul 01.00 hingga terbit fajar.
Waktu yang paling utama melaksanakan Sholat Tahajud di sepertiga malam terakhir, Allah banyak menurunkan Rahmat-Nya ke bumi, sehingga do'a akan dikabulkan, barang siapa meminta akan diberikan, dan barang siapa memohon ampun akan diampuni oleh Allah.
USOLLI SUNNATAL TAHAJJUDDI ROK'ATAINI LILLAHI TA'AALA
Sabda Nabi Muhammad SAW tentang sembilan keutamaannya.
5 Keutamaan Sholat Tahajud di Dunia.
Allah akan memelihara dari segala bencana dan bala. Wajahnya akan tampak bersinar sebagai tanda ketaatannya dicintai manusia dan hamba Allah. Lidahnya memiliki kemampuan mengucapkan kata yang mengandung hikmah, Akan diberi kelebihan menjadi orang yang bijaksana yaitu diberikan pemahaman tentang ilmu agama.
4 Keutamaan Sholat Tahajud di Akhirat
Wajahnya akan tampak berseri saat bangkit dari alam kubur pada hari pembalasan nanti;Akan memperoleh keringanan waktu dihisab; Saat menyeberang shirotol mustaqim dapat melakukan dengan cepat secepat kilat; Semua catatan amal perbuatannya di dunia akan diberikan ditangan kanannya.
Sabda Nabi Muhammad tentang keutamaan sholat tahajud.
"Sholat tahajud sarana meraih keridhaan Allah, kecintaan para malaikat, sunah para nabi, cahaya pengetahuan, pokok keimanan, istirahat untuk tubuh, kebencian para setan, senjata untuk melawan musuh, sarana terkabulnya doa, sarana diterimanya amal, keberkatan bagi rezeki, pemberi syafaat di antara yang melaksanakannya dan di antara malaikat maut, cahaya di kuburan, ranjang di bawah sisi, menjadi jawaban bagi Munkar dan Nakir, teman dan penjenguk di kubur hingga hari kiamat, ketika di hari kiamat sholat tahajud itu akan menjadi pelindung di atas, mahkota di kepalanya, busana bagi tubuhnya, cahaya yang menyebar di depannya, penghalang di antaranya dan neraka, hujah (dalil) bagi mukmin dihadapan Allah Swt, pemberat bagi timbangan kebaikan, izin untuk melewati Shirath al-Mustaqim dan kunci surga.
"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji" (QS : Al-Isro' : 79).
"Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari waktu malam, lalu berseru: Adakah orang-orang yang memohon berdo'a, pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta, pasti akan Kuberi dan adakah yang memohon ampunan, pasti akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Shubuh." (Al Hadits).
Abdullah bin Salam mengatakan, Nabi Shalallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : " Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah di waktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Surga dengan selamat."(HR Tirmidzi).
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam" ( HR. Muslim )
"Ya, Allah! Bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya. Bagi-Mu segala puji, Engkau benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, bertemu dengan-Mu benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah benar (ada), (terutusnya) para nabi adalah benar, (terutusnya) Muhammad adalah benar (dari- Mu), peristiwa hari kiamat adalah benar.
Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku kembali bertaubat, dengan pertolongan-Mu aku berdebat (kepada orang-orang kafir), kepada-Mu dan dengan ajaran-Mu aku menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau".
Qiyamullail, bergegaslah...
Bangun dan bertahajud ria...
Hindari maksiat, sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, "Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan."Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Selamat 1 Muharram

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Selamat 1 Muharram .
Muharram محرم, bulan pertama penanggalan Hijriyah, 'diharamkan' atau 'dipantang', dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Damai Indonesiaku, damai tetanggaku, damai keluargaku!
Kita manusia sebaiknya, di manapun harus selalu bersikap damai, tidak boleh mengobarkan api peperangan jika tidak diperangi terlebih dahulu.
Kenapa tidak hidup saling hormat menghormati, mudah memberi maaf, mohon maaf dan memaknai Muharam dengan spirit penuh perdamaian dan kerukunan? Momentumnya dengan mengambil makna khutbah haji 'wada'-yang juga di bulan haram, Muhammad SAW berpesan pada kita agar tidak saling bermusuhan, bertindak kekerasan, atau berperang satu sama lain.
Kita dapat lakukan ‘ntuk menghidupkan waktu terutama di malam hari dengan banyak sholat malam, berzikir dan bermuhasabah, bersyukur dan bertaubat mohon ampun selagi masih bisa. Siang banyak berbuat kebajikan dan malam tidak dihabiskan dengan tidur.
آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar”. QS:51 Adz-Dzaariyat: 16,17,18.
Esensi dari spirit Muharam, pengendalian diri demi terciptanya kedamaian dan ketenteraman hidup, damai Indonesiaku baik secara fisik, sosial, maupun spiritual.
Dianjurkan untuk berpuasa sunah: Asyura (puasa pada hari kesepuluh di bulan ini).
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضل الصيام بعد رمضان ، شهر الله المحرم
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam. Dan, shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim).
Ibnu Abbas berkata, “Aku tak melihat Rasulullah SAW mengintensifkan puasanya selain Ramadhan, kecuali puasa Asyura.” (HR Bukhari). Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Abi Qatadah, Nabi SAW bersabda, “Puasa Asyura itu dapat menghapus dosa tahun sebelumnya.” (HR Muslim).
Melalui puasa sunah itulah, kita dilatih dan dibiasakan untuk dapat menahan diri agar tidak mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu, termasuk nafsu dendam dan amarah, serakah, tama', loba' sehingga perdamaian dan ketenteraman hidup dapat diwujudkan dalam pluralitas berbangsa dan bernegara di era Indonesia baru dengan para pemimpin yang serba baru dilantik.
Puasa sunah di bulan Muharam menjadi momentum islah bagi semua pihak. Agar perdamaian dan ketentramaan Indonesia segera terwujud, perubahan Indonesia menuju lebih baik Aman sentausa kertaraharja gemah ripah loh jinawi. Muharam dimaknai sebagai bulan anti maksiat, dengan menjauhi larangan Allah SWT, perangi dan pekikkan perjuangan perangi anti korupsi, kolusi, nepotisme, fitnah, pornoaksi, pornografi, judi, teror, dan narkoba.
Sah tidaknya amalan, ibadah kita dalam berkegiatan amal ibadah, puasa sunnah di bulan Muharam tergantung dari niat pelakunya, hindari syirik, musrik, mistik itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kaidah,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
”Sah dan tidaknya amal, bergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari 1 dan Muslim 1907).

Becik ketitik, ala ketara

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Setiap bibit yang ditabur pasti akan tumbuh?
Berasal dari bibit yang baik akan tumbuh tumbuhan yang baik.
Orang yang baik watak dan tabiatnya akan ketahuan kebaikannya, dan orang yang buruk perangai serta kelakuannya akan kentara keburukannya. Ungkapannya “Becik ketitik, ala ketara”.
Ungkapan ini ternyata mengajak kita agar senantiasa bersikap dan bertindak baik, sebab baik atau buruk kelakuan seseorang, akhirnya akan ketahuan. Setiap perbuatan buruk, bagaimanapun usahanya menutupinya, pada akhirnya akan ketahuan pula. Sebaliknya perbuatan baik, meski tidak disebarluaskan, pada akhirnya akan diketahui oleh umum.
Apabila memang tidak berbuat salah, siapa takut? Kebenaran akan membuktikan, baik buruk seseorang akan ketahuan juga. Kesalahan yang tidak dimaafkan ibarat besi yang berkarat dan semakin ‘karaten’. Unsur besi yang ada semakin habis terkena korosi, ulah hidrogen dan oksigen yang semula memang dibutuhkan dalam kehidupan. Disemprot, dipoles tetap korosi di bagian dalam besinya yang terkesan kukuh kokoh dan kuat padahal sudah keropos !
Inginkah negeri ini keropos di dalam, kelihatan gagah dari luar?
Wajar bila terjadi perbedaan pandangan, pendapat dapat berlainan sehingga timbul keadaan pertikaitan atau perdebatan awam berkepanjangan yang lazim disebut dengan 'Kontroversi', dan biasanya mengenai perkara pendapat atau sudut pandangan berkonflik. 'Kebenaran' yang akan membuktikan kontroversi yang tiada ujung pangkalnya.
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. QS:2 Al-Baqarah: 147.
Dalam menapaki kehidupan kita jumpai kalau tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah persepsi dan opini.
Untuk menghilangkan keraguan, agar jelas maka kontroversi itu perlu dikelola bukannya diredam dengan kekuasaan, sehingga menimbulkan kekecewaan dan memperkuat oposisi. Jika kekuasaan peredaman cukup kuat, peredaman dapat tercapai, kontroversi seolah tak ada lagi. Tetapi kontroversi itu sebenarnya belumlah selesai.
Pengelolaan kontroversi mensyaratkan adanya kesediaan para pihak untuk berembug, sehinggga dapat memberi informasi kepada pihak tentang kelebihan dan kekurangannya yang menjadi pokok masalahnya.
Tuhan senatiasa mengetahui setiap gerak-gerik dan tindak-tanduk bahkan isi hati setiap mahluk. Maka dari itu, tak akan ada gunanya orang menyembunyikan segala sesuatu. Kalau memang tidak bersalah, siapa takut? Takutlah pada yang membuat kehidupan ini, karena setiap perbuatan tentu akan diketahui-Nya.
فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS:2 Al-Baqarah: 209.
Mengelola kontroversi karena perbedaan persepsi ataupun perbedaan sudut pandang tidaklah mudah. Pengelolaan kontroversi dipersulit, apabila ada pihak yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Kesempatan ini yang sering dipergunakan pengaruh nafsu syaitan dengan memancing di air yang keruh.
Mengelola kontroversi itu perlu kesabaran, tenaga dan waktu, agar tidak terjadi kontroversi berkepanjangan yang melelahkan dan menambah biaya yang tidak sedikit.
Mengelola kontroversi hanya dapat berlangsung dengan sehat apabila ada demokrasi. Demokrasilah tulang punggung pembangunan berkelanjutan (Otto S,2008).