Kamis, 26 Maret 2015

Jum'at, Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu.

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Al-ḥamdu lillāh الحمد لله, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada penutup nabi dan Rasul, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Allah 'Azza wa Jalla telah memuliakan umat ini dengan keistimewaan yang banyak dan keutamaan yang agung; di antaranya memuliakan mereka dengan hari Jum'at. Hari ini hari Jum'at telah siapkah untuk ibadah Shalat Jum'at?
“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintaannya.” (HR. Hurairah dan Muslim).
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tentang penamaan hari Jum'at, bahwa dinamakan dengan Jum'ah itu karena dia pecahan dari kata al-jam'u (perkumpulan).
Sebab kaum muslimin berkumpul pada hari Jum'at tersebut sekali dalam setiap pekannya di tempat yang besar.
Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum mukminin untuk berkumpul dalam rangka beribadah kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli . Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Jumu'ah: 9).
Maksudnya berjalanlah dan perhatikan shalat Jum'at tersebut, bukan berjalan cepat dan buru-buru, karena berjalan dengan buru-buru saat pergi ke masjid dilarang.
Al-Hasan berkata, "Demi Allah, maksudnya tidak lain adalah berjalan kaki, karena mereka tidak boleh mendatangi shalat kacuali dalam keadaan tenang dan santai namun dengan hati, niat, dan khusyu'." (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir: 4/385-386).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Maka hari Jum'at adalah hari ibadah. Kedudukannya dibandingkan hari-hari yang ada seperti bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya. Sementara waktu istijabah (dikabulkannya doa) yang ada pada hari itu seperti laiatul qadar di bulan Ramadhan." (Zaad al-Ma'ad: 1/398)
Karena itulah bagi setiap muslim wajib mengagungkan dan memuliakan hari tersebut, memperhatikan keutamaan-keutamaannya dengan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala pada hari tersebut dengan melaksanakan berbagai kegiatan ibadah.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih).
Ibnul qayyim berkata, "Adalah di antara petunjuknya Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengagungkan hari (Jum'at) ini dan memuliakannnya, serta mengistimewakannya dengan ibadah yang dikhususkan pada hari tersebut yang tidak dikhususkan pada hari lainnya.." (Zaad al-Ma'ad: 1/378).
Namun kita lihat berapa sering Jum'at berlalu melewati kita tanpa kita pernah memperhatikan dan mengistimewakannya dengan semestinya. Bahkan, di antara manusia ada yang menunggu-nunggu kedatangannya untuk bermaksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla dengan bermacam-macam kemaksiatan dan penyimpangan.
Bagi setiap muslim wajib mengagungkan dan memuliakan hari Jum'at, memperhatikan keutamaannya dengan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta'ala pada hari Jum'at dengan melaksanakan berbagai kegiatan ibadah.
"Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H.Muttafaqun Alaih).
Berikut ini beberapa ibadah yang disunnahkan untuk ditegakkan pada hari terbaik jum’at selama sepekan.
Disunnahkan pada shalat Shubuh di hari Jum'at, imam membaca surat al-Sajdah al-Insan secara sempurna. Hal ini sebagaimana yang telah dikerjakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, karenanya jangan memotong sebagiannya seperti yang banyak dilakukan oleh para imam shalat.
Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radliyallah 'anhuma, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca dalam shalat Fajar (Shubuh) hari Jum'at: Aliif Laam Miim Tanziil (Surat al-Sajdah) pada rakaat pertama dan pada rakaat kedua membaca Surat al-Insan." (HR. Bukhari dan Muslim serta yang lainnya)
Disunnahkan memperbanyak membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Hal ini berdasarkan hadits Aus bin Aus Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ
"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat di hari Jum'at, karena shalawat akan disampaikan kepadaku."
Para shahabat berkata: "Ya Rasul Allah, bagaimana shalawat kami atasmu akan disampaikan padamu sedangkan kelak engkau telah lebur dengan tanah?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi." (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dengan sanad yang shahih)
Disunnahkan membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at berdasarkan hadits Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan untuknya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyinarinya dengan cahaya antara dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' al-Shaghir, 736).
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,
Semoga mendapat umrah yang mabrur, yang mampu mengubahnya dari insan yang ‘lagha’ kepada insan yang lebih bertawaddu’ kepada Sang Pencipta, Allah SWT.

Minggu, 22 Maret 2015

Mangasah Mingising Budi "Mengasah bagaimana 'budi' manusia menjadi tajam"

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
"Mangasah Mingising Budi"
Mengasah bagaimana 'budi' manusia menjadi tajam"
Dengan kata lain "Terwujudnya kepekaan budi pekerti manusia yang tinggi dalam kehidupan"
Dalam kehidupan kita ini ada berbagai derajad manusia dalam kehidupannya. Meskipun rentang kehidupan manusia ada yang baik, tetapi ada pula yang jelek, bahkan wataknya, karakternya, mentalnya ada yang lebih jelek dari binatang dikarenakan terkendali oleh hawa nafsu dan angkara murka kemarahan.
‘Budi’ berbeda dengan akal pikiran. Budi lebih luas dan mendalam maknanya. Pikiran hanya menggunakan kemampuan pikir dari otak saja. Sedangkan budi, yakni berfikir dengan melibatkan hati nurani atau rasa sejati.
Dalam bahasa Jawa diistilahkan penggalih. ‘Galih’ adalah ‘inti’, yang dimaksud penggalih adalah inti kesadaran yang dapat menumbuhkan sikap bijaksana.
Bijaksana secara sederhana dapat diartikan sebagai sikap dan cara pandang tepat dalam memahami dan menghadapi situasi yang ada. Bijaksana dan kebijaksanaan dapat diciptakan tetapi tidak cukup berbekal kesadaran akal fikiran saja, tetapi lebih dalam lagi yakni harus melibatkan kesadaran hati nurani.
Oleh karena itu ‘Mangasah ketajaman budi’ merupakan usaha agar kita menjadi pribadi yang awas dan cermat dalam memahami sesuatu potensi dan masalah. Sikap awas dan cermat inilah yang kita perlukan agar supaya kita orang dapat mengambil sikap atau tindakan yang tepat lagi bijaksana.
Tanpa berbekal budi yang awas dan cermat, kita orang akan kesulitan menentukan suatu sikap bijaksana. Tindakan kita ini akan sering salah kaprah dan memalukan.
Mari kita simak firman-Nya dalam Al An’am berikut ini.
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. QS:Al-An'am 103.
Tingkatan manusia berbudi pekerti terletak pada tingkat dalam ber-Ketuhanan. Ibadah bukan berati garansi orang itu dekat dengan Tuhan.
Ketidaktahuan, kita menjadi orang awam merasa bangga, keawaman kita bukanlah untuk kita nikmati, tapi perlu kita tingkatkan dan supaya dapat terus berkembang untuk selalu belajar ilmu dan pengalaman yang tiada habisnya.
Fitrah kita manusia sebagai mahluk yang mulia, lebih tenteram bila acuannya yang dijalankan berdasar dalil atau sunnah yang benar, dan bukan berdasar logika atau budaya semata.
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. QS:Al-An'am 132.
Bagaimana menajamkan kepekaan budi dalam kehidupan manusia, dan bukankah merupakan proses usaha penyatuan antara manusia dengan Sang Pencipta Allah SWT.
Menghilangkan keawaman dan bukan membanggakan kalau masih awam dengan belajar membaca dan menulis dari awal adalah penting! Semoga berkah, selalu dalam lindungan ridha dan hidayatullah.
Tawaran untuk ber-empati pada diri, mengenalkan pada suatu keadaan dengan merefleksikan pada diri sendiri akan menjadikan kita peka perasaan dan hati. ‘Empati’ sesuai dengan mengasah ketajaman hati dan pikiran. Sebuah filosofis Jawa “Mangasah mingising budi, ambasuh malaning bumi” (mengasah ketajaman hati, membersihkan keangkaramurkaan di bumi).
Bagaimana budaya dan lingkungan dapat kita integrasikan dengan ajaran agama? Hubungan ketiganya untuk memperkuat pemahaman tentang hubungan budaya, agama dan lingkungan dengan aktifitas keseharian masyarakat. Kekuatan mendasar terletak pada pegangan agama, hubungannya dengan kelestarian lingkungan yang diintegrasikan dengan hasil olah cipta, rasa dan karsa yang berupa budaya 'culture'.
Kita, manusia mahluk yang mulia diamanahkan melakukan kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar terhadap sesama. Mengajak mengerjakan kebaikan dan Mencegah perbuatan mungkar, agar kita tidak merugi waktu dalam menapaki kehidupan dengan kemantapan iman.
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. QS. Al-'Ashr 3.
Kini, bermunculan tekad menggali nilai kearifan lokal sebagai langkah strategis dalam upaya membangun karakter bangsa. Budaya yang digali dari kearifan lokal bukanlah penghambat kemajuan dalam era global, namun justru menjadi filter budaya dan kekuatan transformasional yang luar biasa dalam meraih kejayaan bangsa.
Tersirat dalam komitmen ber-empati, sebagai ajakan untuk menjaga, memelihara, atau menyelamatkan dunia beserta lingkungannya dan di lain pihak diperlukan kekuatan yang besar untuk bersatu kita teguh bercerai kita runtuh menuju Indonesia kertaraharja.
Kandidat pemimpin yang menjadi idaman kaum marjinal adalah tidak hanya pandai berjanji dan obral teori saja, serta tidak sekedar membuatslogan atau janji retorika belaka. Kini masyarakat lebih siap bersama-sama berperan serta dalam setiap tindakan nyata.
Impian masyarakat kita saat ini menyerukan agar dapat dilakukan pembangunan dengan pendekatan peningkatan mutu kehidupan secara kualitatif. Pendekatan ini menarik untuk dilanjutkan, karena terkandung dinamika peningkatan mutu dalam suatu perubahan lingkungan yang seimbang.
Kawal, dukung dan awasi para pemimpin kita agar tetap memihak rakyatnya. Ajak berjihad, pekikkan perjuangan dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan. Ketahuilah bahwa 'jihad' paling utama, menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung resiko hukuman yang amat berat, daripada mengorbankan rakyat jelata.
Telah terungkap, "Jihad paling afdhol ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam". (HR. Aththusi dan Ashhabussunan).
Meskipun akan muncul tantangan maupun kendala yang menghadang adanya kondisi keseimbangan lingkungan yang mengalami akselerasi secara kualitatif, tentu berupa peningkatan mutu hidup dan kualitas lingkungan melalui daya kreasi manusia dan daya dukung yang lestari.
Pemimpin yang ideal harus memiliki solusi cerdas untuk mengatasi hal tersebut. Faktor pendukung yang menjadi pemikiran anak muda sebagai salah satu aspirasi masyarakat yang sederhana adalah adanya kondisi biofisikal yang membatasi pertumbuhan ekonomi, dan faktor kondisi etika sosial yang membatasi hasrat pertumbuhan dan kemajuan bangsa yang besar.
Apabila kita melihat kemungkaran, hendaknya kita merubah dengan tangan kita, jika tidak mampu dengan lisan ucapan atau tulisan. Jika tidak mampu juga dengan hati, diam dan membenci dalam hati. Namun itu adalah selemah-lemahnya iman. Dengan hati ini artinya membenci dalam hati. Jika mampu dia akan merubahnya dengan lisan atau-pun tangan.
Dalam Mangasah Mingising Budi perlu kita hilangkan sifat kemungkaran yang telah diingatkan dalam hadist berikut.
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim) .
Pada satu sisi pemimpin mempunyai hak kekuasaan yang besar. Kekuasaannya laksana ‘dewa’. Ia adalah pemegang hukum dan penguasa dunia. Pada lain pihak, ia mempunyai kewajiban yang besar dan berat. Ia suka memberi dan berkewajiban untuk konsisten melaksanakan apa yang dikatakannya secara benar.
Kandidat pemimpin yang berkesempatan memegang tampuk kepemimpinan dan berkuasa hendaknya dapat lebur, berbaur dan menyatu dengan rakyatnya. Tidak hanya dekat dengan rakyat jelata, tapi penuh perhatian sertai dicintai, menjadi tumpuan harapan dan kebanggaan bagi rakyatnya. Ia sangat berbudi luhur dan bersifat adil, tapi juga penuh kasih sayang terhadap semua yang hidup.
Pemimpin yangcerdik, cerdas, dan pandai mendahulukan yang harus didahulukan; kepemimpinannya dapat memberi suri tauladan.
Untuk itu, mengamankan atau menyelamatkan ‘habitat’ lingkungan tempat tinggal kita dengan membuat dunia semakin rahayu dan lestari, telah terkandung dalam Sastra Gending melalui konsep “Hamemayu hayuning bawana” dengan pembersihan terhadap penyakit dunia atau “Hamemasuh memalaning bumi” serta terus mengasah ketajaman budi atau “Hangengasah mingising budi”.
Seorang kandidat pemimpin bangsa, selalu siap menjadi abdi rakyat dan dengan ikhlas serta rela melayaninya. Sifat kandidat pemimpin bangsa yang adil dan bijaksana ditunjukkan ketika memimpin berkewajiban memperhatikan semua golongan masyarakat dengan adil dan mendahulukan yang harus didahulukan.
Pemimpin tersebut mau menerima saran dan kritik untuk berputar haluan merubah kebijaksanaan, memiliki “budaya malu” untuk secara ikhlas mundur dari tampuk kepemimpinan apabila tak mampu melaksanakan amanah serta terbukti melakukan kesalahan.
Dalam bahasa kekinian perlu punya ‘simpati’ dan ‘empati’ pada rakyat yang masih miskin dan terbelakang, termasuk pula memberi akses seluas-luasnya kepada kaum perempuan yang kini masih mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang.
Telah tiba saatnya, dan kapan lagi kandidat perempuan mampu berkiprah, mempelopori dan memimpin bangsa dalam berbagai peran dan kegiatan nyata bagi tanah tumpah-darah dan ibu pertiwi dengan segenap jiwa raga?
Apabila niat baik telah kita jalankan misinya, seandainya seseorang mendapat hidayah melalui kita, maka itu pertanda sangat baik bagi kita. “Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Terapkan niat kita bersama dalam babakan Indonesia baru menuju bangsa yang maju, bangsa yang memiliki karakter kuat. Nilai-nilai karakter yang digali dari khasanah budaya selaras dengan karakteristik masyarakat setempat (kearifan lokal) dan bukan “mencontoh” nilai-nilai bangsa lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik dan kepribadian kita.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT sehingga bisa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi kemungkaran serta mengajarkannya kepada orang lain.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,

Semoga mendapat umrah yang mabrur, yang mampu mengubahnya dari insan yang ‘lagha’ kepada insan yang lebih bertawaddu’ kepada Sang Pencipta, Allah SWT.


Selasa, 17 Maret 2015

Memasuh Malaning Bumi, sebagai membasuh, mencuci, membersihkan kotoran termasuk penyakit dan cacad di bumi ini.

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
“Memasuh Memalaning Bumi”
Berasal dari kata: me-masuh; memasuh=membasuh, mencuci, membersihkan.
Kata: me-mala-ning; memala= 1.Penyakit (lelara). 2.cacad; kotor.
Kata: bumi=jagad; lemah, palemahan.
Arti dari “Memasuh Malaning Bumi” sebagai membasuh, mencuci, membersihkan kotoran termasuk penyakit dan cacad di bumi ini.
Seyogyanya, setiap yang kita kerjakan menuju pada ‘laku hambeg adil paramaarta, ber budi bawa leksana, mamasuh malaning bumi-mangasah mingising budi’, berlaku adil dan dermawan, siap melaksanakan kewajiban, membersihkan kekotoran dunia, agar dunia menjadi selamat sentausa dengan terus mengasah ketajaman budi.
Bagaimana membersihkan kotoran dan memperbaiki kerusakan di bumi secara harfiah saja tidaklah mudah karena bukan mengantisipasi yang lebih baik?
Memasuh malaning bumi, atau membersihkan kotoran bumi adalah membersihkan semua hawa nafsu yang mengotori unsur “jagad kecil” jiwa dan raga. Hawa nafsu tidak akan membuat diri menjadi kotor selama digunakan sebagaimana mestinya, sesuai fungsinya dan kodratnya, dan tidak berlebih-lebihan dalam menuruti kemauannya (nuruti rahsaning karep).
Pentingnya yang membuat bumi ini kotor dengan dibersihkan, yaitu kita manusia pembuat kotoran yang hidup di bumi ini. Bagaimana cara mebersihkan manusia sebagai sumber produk kotoran di bumi ini?
“Memasuh Malaning Bumi” memberantas yang dapat merusak citra dan jati diri, konsep kehidupan yang dijalankan dengan ‘Amar ma'ruf nahi munkar’ (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar), yaitu perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal yang baik dan mencegah hal yang buruk bagi masyarakat, lingkungan kecil kita, keluarga kita agar lebih bersabar apabila tertimpa cobaan kehidupan.
Ajakan atau anjuran hal yang baik dan mencegah hal yang buruk pada kita semua orang telah tersirat dalam surat Luqman berikut ini.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. QS: Luqman 17.
Memasuh Malaning Bumi agar lingkungan kita dijauhkan dari kotoran bumi seperti maksiat, kolusi, korupsi, nepotisme, penjarahan, perampokan, narkoba, penculikan, judi, mabuk-mabukan, selingkuhan dan lain-lain.
Demikian juga, kita orang seringkali tidak melandaskan pada kasih sayang dalam menentukan keputusan. Begitu melihat pohon raksasa di tengah hutan, yang terbayang dalam benak pikiran kita berapa meter kubik kayu yang bisa diambil dan berapa rupiah yang bisa diraup jika diekspor, dengan tanpa pernah mempertimbangkan berapa banyak habitat hewan dan tumbuhan yang hidupnya tergantung pada pohon tersebut, belum lagi dampak pemanasan global, banjir dan longsor.
Begitu pula ketika kita melihat hamparan tanah kosong di daerah resapan air, yang terlintas di benak pikiran kita berapa kavling rumah yang bisa dibangun dan berapa ratus juta rupiah yang didapat bila dijual atau disewakan, dengan tanpa pernah sedikitpun mempertimbangkan efeknya terhadap keseimbangan ekosistem di lingkungan tersebut, sehingga terjadi banjir longsor suatu waktu karena tanah tidak lagi bisa meresapkan air hujan yang turun dengan derasnya.
Dalam pewayangan digambarkan dalam empat wayang.
Tokoh Prabu Dasamuka, raksasa yang penuh angkara murka, jika keinginan ragawinya tidak terpenuhi akan murka. Segala sesuatu ingin dia kuasai. Bahkan sampai diumpamakan, bumi ini pun mau digulung menjadi miliknya sendiri.
Jika kita manusia tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita: Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar).
Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan kita, yaitu dengan kekuasaan jika kita orang adalah penguasa yang punya jabatan, dengan lisan atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada, dikatakan bahwa ini adalah selemah-lemahnya iman kita sebagai orang mukmin.
Dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49).
Dalam konteks melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kita harus melaksanakannya terlebih dulu. Ibda bi nafsik!
Marilah kita mulai dari diri kita sendiri dahulu, barulah kemudian baru mengajak mempengaruhi orang lain.
Jika tidak kita laksanakan amanah ini, resikonya adalah kita dilempar ke neraka.
Berkaitan dengan resiko atas perbuatan kita telah difirmankan Allah ta’ala berikut ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat?” QS. 61 Ash-Shaff: 2.
Berhati-hatilah apabila memang tidak berbuat kenapa harus dikatakan, serta kenapa melempar tanggung jawab pada orang lain untuk berbuat baik, padahal diri kita sendiri masih digelumuri sifat dan jiwa yang kotor lagi keji?
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” QS.2 Al-Baqarah: 44.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Untuk itu tidaklah baik mengikuti hawa nafsu serta bisikan syaitan untuk berbuta secara keji lagi mungkar.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. QS: 24 An-Nuur: 21.
Lebih baik bersujud bertafakur seraya berpuji syukur pada Allah SWT, bilamana perlu berzikir seraya dengan bersemedi agar lebih khusuk lagi tujuannya untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
‘Mangasah mingising budi mangasuh malaning bumi memayu hayuning' bawana’ (menajamkan budi pekerti, membersihkan penyakit dunia, dan menjaga kesejahteraan kehidupan dunia).
Sebagai konsep kearifan lokal dalam ‘ngayahi dharmaning gesang’ (tugas kehidupan) adalah angrancang kapti yaitu keinginan seseorang melalui jati diri berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang dimiliki menempuh cita-cita hidup dengan mengembangkan ‘Candra Jiwa’ (membaca rasa) tipologi, pandai ‘angayut ayat winasis’ (pandai mengatur panca indera) menuju ‘dedalane mulya’ (menuju jalan kemuliaan) untuk mencapai jalan kehidupan yang berupa ‘harjaning kahendran Ian harjaning pati’ (kehidupan dunia yang sejahtera dan akhir kehidupan yang khusnul khatimah).
Dasar filosofis yang diberikan Prof. Winslow (1920) berkaitan dengan pentingnya kualitas lingkungan, yaitu kita penghuni hanya akan sehat apabila setiap manusia ikut-serta menyehatkan dirinya sendiri serta lingkungannya. Tanpa keterlibatan kita manusia, kesehatan tidak akan tercapai (Soemirat, 1996). Filosofi inilah yang mendasari pentingnya keikutsertaan penghuni dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup kita.
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT sehingga bisa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi kemungkaran serta mengajarkannya mempengaruhi kepada orang lain. Aamiin 3X.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,





Senin, 16 Maret 2015

Bismillahirrahmanirrahim بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Mari kita Baca dan ucapkan
Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Rasulullah SAW telah bersabda, apapun yang akan kita lakukan hendaknya membaca ‘basmalah’.
Bahkan, tidak hanya Rasulullah, para Nabi sebelumnya-pun sangat akrab dengan ‘basmalah’.
Ketika membuat perahu di atas bukit, di mana saat itu belum ada mesin, Nabi Nuh As. membaca basmalah, yakni bismillahi majraha wa mursaha, dan langsung perahu itu meluncur.
Dalam riwayat lain disebutkan, pegangan tongkat Nabi Musa As. terdapat ukiran yang bertuliskan ‘bismillahirrahmanirrahim’.
Ketika menghidupkan orang mati, Nabi Isa As. membaca ‘basmalah’.
Begitu juga, yang digunakan oleh Nabi Sulaiman As. untuk menundukkan jiwa Ratu Balqis adalah basmalah, dan Ratu Balqis pun langsung takluk bersimpuh.
Jika kita melakukan sesuatu dengan menyebut nama Allah SWT, berarti kita mengatasnamakan perbuatan kita kepada-Nya, jadi seakan-akan kita mewakili Allah.
Ini sesuai dengan arti khalifah sendiri, yaitu representasi Allah SWT di muka bumi.
Satu-satunya mahluk yang diciptakan khusus untuk menjadi wakil (representasi) Allah SWT di alam raya ini adalah manusia, bukan malaikat, jin, dan bukan pula mahluk lainnya.
Itulah rahasia kita manusia sebagai ‘ahsan at-taqwim’, mahluk yang ‘termulia’.
Fitrah manusia sebenarnya sebagai makhluk mulia, sempurna dan baik. “Fitrah manusia itu seharusnya kita jaga dengan perilaku yang baik pula”.
Kita sebagai manusia selalu saja dalam kegelisahan karena persoalan hidup yang melilit kita. Fitrah kita sebagai manusia sempurna, tidak terjaga karena perilaku yang tidak terpuji.
Kita manusia senantiasa dililit permasalahan dengan jiwa yang selalu berontak. “Sikap berontak manakala tuntutan kita manusia tidak terpenuhi” .
Kita sebagai manusia itu sendiri, selalu tergoda dengan kedudukan, kekuasaan dan ambisi jabatan. Kita bisa saja menjadi manusia yang serakah congkak dan bongak lagi sadis melebihi serigala buas.
Fitrah kita sebagai manusia sering tidak terjaga karena ambisi dan nafsu kita yang bersifat duniawi semata.
“Sesuatu yang tidak kita landasi ibadah dan keiklasan, seringkali terjebak pada kepentingan sesaat”.
Salah satu ciri kita orang yang dirindukan untuk masuk surga adalah apabila kita mau memaafkan orang lain padahal ada kesempatan untuk balas dendam.
Hal ini sangat bertentangan dengan sifat kita manusia yang selalu mendendam terhadap sebuah kesalahan dan sulit untuk memaafkan meskipun dalam rentan waktu yang cukup lama.
”Bagian hidup kita yang terlewat tidak dapat tergantikan, dan apa pun yang kita petik darinya tidak ternilai harganya”.
Oleh karena itu, kita harus hati-hati setiap melakukan sesuatu. Sebab, apapun yang kita lakukan itu mengatasnamakan Allah SWT.
Apapun yang kita lakukan hendaknya mengimplementasikan lafadz ‘basmalah’.
‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah satu kunci sukses yang diajarkan oleh agama lslam, baik sebagai hamba (‘abid) maupun sebagai khalifah.
Dalam buku-buku tasawuf dijelaskan bahwa kandungan pokok al-Quran terdapat pada surat al-Fatihah.
Pada surat itu, kalimat yang paling penting adalah ‘bismillahirrahmanirrahim’.
Dalam kalimat itu, kata yang paling inti adalah ‘ar-rahman’ dan ‘ar-rahim’.
Dua kata tersebut berakar dari kata yang sama, yaitu ‘rahima’ yang berarti “cinta kasih”.
Makna dibalik lafadz ‘basmalah’ adalah “kerjakanlah semua perbuatan itu dengan penuh cinta kasih”.
Sebab, di dalam “cinta kasih” pasti terkandung unsur keikhlasan, niat yang baik, ketenangan, tidak ada dendam, tidak ada pamrih yang berlebihan, dan tidak atas dasar motivasi yang berjangka pendek, tetapi mengupayakan yang abadi dan universal.
Allah ternyata menggunakan lafadz ‘basmalah’, tidak dengan sebutan lafadz-lafadz lain, seperti al-‘aziz, al-ghafar, dan sebagainya.
Ini menunjukkan bahwa dalam mengelola alam raya, sebagai konsekuensi sebagai khalifah, kita harus menyandarkan pada lafadz ‘basmalah’, yakni dengan penuh kasih sayang.
Ayat Basmalah termasuk Surat Al-Fatihah. Hadits, dari ad-Da’ru Quthni dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian membaca Surat AI-Fatihah, hendaklah kalian membaca 'Bismillahirrahmannirahim', karena ia termasuk ke dalam surat Al-Fatihah.
Sedangkan Surat Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, dan 'bismillahirrahmaanirrahiim' termasuk ke dalam saIah satu ayatnya”.
Makna ‘Bismillah’, sebagai Preposisi “Bi” = aku memulai. AL-Ism = Nama, menunjuk pada sesuatu yang dinamai. Allah = nama Tuhan, berasal dari kata Al-Ilah.
‘Bismillah’ bukan sebagai penukar kenikmatan, tapi ‘bismillah’ merupakan kalimat izin bagi hamba Allah yang merasa hidupnya hanya sekedar “menumpang”, karena sesungguhnya semua yang ada di atas dunia ini milik Allah dan manusia diberi kenikmatan untuk memakai fasilitas Allah SWT.
Pengakuan otoritas bagi kita sebagai hamba Allah yang menyadari bahwa sesungguhmya yang memiliki wewenang otoritas hanyalah Allah.
Manusia hanya sebagai wakil Allah di muka bumi ini, bukan sebagai penguasa. Bila seseorang mengucapkan 'bismillahirrahmaanirrahim', ia telah menandai kehambaannya dengan nama Allah, ia mengokohkan jiwanya yang dinisbahkan kepada hakikat kehambaan dengan salah satu dari tanda-tanda Allah (Thabathabai: 21).
Ar-Rahman (Maha Pengasih), merupakan rahmat Allah dalam Bentuk sarana hidup Dilihat dari segi etimologisnya, Ar-Rahman berwazan ” “fa’laan” yang menunjukkan banyak.
Oleh karena itu rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil alamiin), baik manusia maupun binatang, baik muslim maupun kafir. Makna ini digunakan dalam Al-Qur’an
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy. QS:Thaahaa 5.
Tak perlu ragu untuk bertaubat karena kesesatan yang kita lakukan, dan kesempatan untuk memperbaiki diri kita diberikan sampai dapat menyadari saat hari pembalasan kelak di akherat.
قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَٰنُ مَدًّا ۚ حَتَّىٰ إِذَا رَأَوْا مَا يُوعَدُونَ إِمَّا الْعَذَابَ وَإِمَّا السَّاعَةَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا
Katakanlah: "Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya". QS:Maryam 75.
‘Ar-Rahiim’: Maha Penyayang, merupakan rahmat Allah dalam Bentuk petunjuk hidup.
Ditinjau dari segi bahasa, Ar-Rahiim berwazan (berpola) “fa’iil” yang menunjuk ketetapan dan kekekalan.
‘Ar-Rahiim’ berupa rahmat Allah SWT dalam bentuk petunjuk hidup, diberikan hanya untuk orang yang beriman, menunjukkan kenikmatan yang terus menerus dan kekal.
Dalam Qur’an makna Ar-Rahiim sererti terdapat pada suarat Al-Ahzab berikut ini.
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. QS:Al-Ahzab 43.
Rasa jera kita akan segala kesalahan dengan melakukan shalat Taubat secara bersungguh-sungguh kepada Allah SWT yang diterima-Nya dikarenakan Allah Maha Pengasih lagi Penyayang pada ummat-Nya tersirat dengan jelas dalam surat At-Taubah berikut ini.
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, QS:At-Taubah 117.
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim Allah berikan bersama-sama kepada hamba-hamba-Nya sesuai pengucapannya yang utuh dan lengkap dalam setiap niat langkah dan kegiatan dengan selalu 'bismillahirrahmaanirrahim'.
Allah SWT telah memberikan kepada kita manusia selain sarana hidup juga petunjuk hidup atau ‘hidayah’.
Kini saatnya kita sebagai manusia yang perlu berusaha menggapai petunjuk hidup atau ‘hidayah’.
Kita manusia umumnya menikmati sarana hidup tapi lupa petunjuk hidup yang berharga, merupakan fenomena yang kita alami sekarang.
Kita sebagai manusia sering lupa, siapa yang memberikan sarana hidup tersebut, kita manusia menganggapnya semata-mata atas usaha kita, padahal semua sarana hidup tersebut Allah SWT berikan gratis dan bersifat menyeluruh.
Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan 'basmalah' dalam HR Abu Daud dan dihasankan oleh Ibnu Shalah: “Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan 'Bismillaahirrahmaanirrahim' maka tidak akan mendapat barokah”.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,
Referensi
Paket BP Nurul Fikri, Setetes Basmallah dan Hamdallah.
Hasan Al-Banna, Kunci Memahami Al-Qur’an.


Kamis, 12 Maret 2015

“Sedhakep Ngawe-Ngawe”‘Tergoda untuk berbuat lagi, walau sudah bertaubat’

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, amma ba'du,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
"Sedhakep Ngawe-Ngawe"
'Tergoda untuk berbuat lagi, walau sudah bertobat'.
Jikalau sudah pernah berbuat salah, lebih baik kita tidak pernah berpikir untuk mencoba lagi atau memberikan alasan diri, apalagi dengan ungkapan 'manusia itu tidak dapat luput dari kesalahan', seyogyanya 'manusia tidak akan berbuat kesalahan kalau dia tidak mau, tidak lalai, dan tidak menyerah '.
Akan lebih baik kita memperbaiki yang salah, bukanlah mengulanginya.
Demikian juga jika kita berbuat kesalahan yang sudah berhenti, hendaknya kita cukup berhenti dan selesai, tapi kita justru sering berkeinginan untuk berbuat lagi kesalahan yang sama.
Kekhilafan atau kesalahan yang kita buat dari perbuatan, ketika menyadari untuk berhenti melakukan salah, apalagi diikuti berhentinya melakukan kesalahan, maka hal itu seyogyanya sudah merupakan kemajuan yang hakiki.
Kekhilafan kealfaan kita jua yang selalu mencuat untuk mengulang lagi, tergoda untuk melakukan lagi, dikarenakan untuk memuaskan diri.
ALLAH SWT telah memerintahkan kita manusia supaya bertaubat, sebagaimana firman-Nya dalam At-Tharim.
يا أيها الذين آمنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا عسى ربكم أن يكفر عنكم سيئاتكم ويدخلكم جنات تجري من تحتها الأنهار يوم لا يخزي الله النبي والذين آمنوا معه نورهم يسعى بين أيديهم وبأيمانهم يقولون ربنا أتمم لنا نورنا واغفر لنا إنك على كل شيء قدير
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". QS: At-Tahriim 8.
Dalam kehidupan kita di dunia, kita orang sering merindukan untuk memuaskan diri kita, ingin sekali bahwa semua adalah semau kita, maka ingin apapun itu adalah harus sesuai pengharapan kita.
Dikarenakan tergoda, muncullah perbuatan yang bertentangan dengan kaidah yang ada, dan inilah yang dianggap sebagai pemuas nafsu diri sendiri.
Kebodohan yang kita pelihara itu akan membuat penurunan nurani, yang akhirnya berpengaruh secara akumulatif ke semua tindakan dan perbuatan kita.
Allah telah membuka pintu harapan kepada hamba-hamba-Nya seperti termaktub dalam firman-nya.
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS: Az-Zumar 53.
Dalam melaksanakan Taubat, kita perlu syarat taubat untuk ikhlas ingin bertaubat, tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi, menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan, harus memiliki tekad di dalam hati tidak akan melakukan dosa itu untuk selamanya, kita kerjakan sebelum ajal tiba.
Jika salah satu syarat tidak kita penuhi, maka taubat yang kita lakukan itu tidaklah sah. Jika dosa berkaitan dengan manusia yang lain, maka syaratnya ditambah lagi, kita harus dapat membebaskan diri dari hak orang yang terkait.
Taubat tidak baik ketika diundur lagi ditunda-tunda. Bila demikian itu sangat berbahaya bagi hati kita manusia. Jika tidak segera mensucikan diri sedikit demi sedikit, maka pengaruh dosa itu akan bertumpuk, sehingga akhirnya akan merusakkan hati sehingga tertutup dari cahaya kebenaran serta amal kebaikan.
Di antara penyebab yang akan membangkitkan jiwa bertaubat seseorang itu adalah jiwa yang selalu mengingat kematian dan kesendirian di dalam kubur.
Mati berarti berpisah dengan segala yang kita sayangi atau kita cintai, sebagai hari terputusnya segala nikmat. Ketika kita akan bertindak melakukan sesuatu, tetapi diselimuti keraguan dikarenakan disitu sudah pasti ada dosa.
Untuk itu, ingatlah akan azab penderitaan kita kelak yang telah diingatkan serta difirmankan Allah SWT dalam surat Az-Zumar berikut.
إنك ميت وإنهم ميتون
"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)". QS: Az-Zumar 30.
Di samping mengingat tentang azab penderitaan yang bakal kita hadapi oleh kita yang berdosa mengingat kenikmatan surga yang bakal ditempati oleh kita orang yang sholeh juga akan dapat membangkitkan keinginan jiwa untuk melakukan taubat dengan segera.
Sebenarnya, cara melaksanakan shalat taubat sama dengan shalat biasa, yaitu setelah berwudu dengan sempurna, lalu berdiri di tempat yang suci, menghadap kiblat;
1. Waktu dilakukan shalat taubat ketika kita merasa telah berbuat dosa (kecuali waktu makruh tahrim utk melakukan shalat). Idealnya 2/3 malam yaitu pukul 2 pagi ke atas, saat Qiyamullail.
2. Lafaz niat: "Bismillahirrahmannirahim, aku berniat mengerjakan shalat sunat taubat dua rakaat karena Allah Ta'ala." Cukup di dalam hati,
3. Rakaat pertama membaca (disunatkan membaca doa Iftitah) kemudian surah Al-Fatihah. Setelah itu membaca ayat atau surah dalam al-Quran.
4. Rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah. Setelah itu mebaca ayat atau surah dalam al-Quran.
5. Selama sujud akhir rakaat kedua, ucapkanlah Doa Nabi Yunus sebanyak 40 kali (bersungguh-sungguh di dalam hati memohon ampunan dari Allah Ta'ala),
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. "
6. Setelah salam, perbanyak istighfar mohon maaf pada Allah SWT,
Ampunilah hambamu ini Ya Allah, Tuhan yang Maha Agung. Tidak ada Tuhan yang lain melainkan hanya Engkau. Dialah Tuhan yang Maha Hidup lagi Maha Perkasa dan hamba bertaubat kepada Engkau ya Allah.
7. Berdo'a dengan Istighfar,
"Ya, Allah Engkaulah Tuhanku, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Sedangkan aku adalah hamba-Mu dan aku di dalam genggaman-Mu serta di dalam perjanjian (beriman dan taat) kepada-Mu sekuat mampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah ku lakukan. Aku mengakui atas segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada ku dan aku mengaku segala dosaku. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni segala dosa kecuali Engkau. "
8. Kemudian dapat juga berdoa sesuai luapan hati dan bermunajat masing-masing ke hadhirat Allah SWT.
Makruh tahrim, Kutipan dari "170 Shalat-Shalat Sunat", Abd Rahman Mukhlis, Terbitan Jasmin Enterprise, 8-9;
Fuqaha Syafi'iyah berpendapat bahwa, makruh tahrim hukumnya melaksanakan shalat sunat tanpa sebab, dan shalat itu dipandang tidak sah jika dilakukan dalam lima waktu, yaitu setelah shalat Subuh yang dilaksanakan secara tunai dan bukan shalat qadha ', sampai matahari menyingsing sepenggalah.
Ketika matahari terbit sampai menyingsing seperti galah.
Setelah melakukan shalat Ashar yang dilaksanakan secara tunai sekalipun shalatnya dijamak dengan Zuhur di waktu Zuhur (jamak taqdim).
Ketika matahari berwarna kuning, sampai terbenam seluruhnya.
Ketika matahari benar-benar berada di atas kepala kita di tengah-tengah langit sampai tergelincir ke Barat. Kecuali waktu Istiwa 'matahari berada di tengah-tengah langit pada hari Jum'at.
Bagaimanapun juga, jika shalat yang kita lakukan itu ada sebab yang mendahuluinya seperti shalat Tahiyyatul Masjid, meskipun khatib sudah berada di atas mimbar, shalat sunat Wudhu dan shalat Sunat Tawaf sebanyak dua rakaat.
Begitu juga shalat yang memiliki waktu terkait (muqayyad), seperti shalat Istisqa 'dan shalat Gerhana Matahari. Maka hukumnya adalah sah tanpa dimakruhkan, sebab itu terkait dengan turunnya hujan dan terhalangnya cahaya matahari.
Adapun melaksanakan shalat sunat ketika bilal qamat adalah makruh tanzih, kecuali ketika qamat shalat Jum'at. Shalat sunat yang dilakukan ketika bilal sudah qamat pada shalat Jum'at adalah haram hukumnya.
Kita ini sebagai manusia adalah mahluk yang lemah, lebih baik kita-nya tidak pernah jemu untuk memohon ampunan pada Allah SWT, karena godaan setan yang terkutuk serta tidak pernah jemu untuk menggoda kita.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakaatuh,