Senin, 01 Desember 2014

harta tahta wanita


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarahkathu,

Ternyata, 'harta tahta wanita' yang seringkali kita jadikan tolok ukur kesuksesan dalam prakteknya seringkali menjerumuskan kita pada kesesatan.
Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, akan tetapi sedikit yang tak tahan ketika menghadapi kemudahan.
Kita orang kebanyakan dapat bersabar dalam menghadapi kesulitan dan keprihatinan, tentunya.
Akan tetapi kebanyakan orang tak tahan uji ketika diberi harta yang melimpah ruah, bukan?
Semoga Allah SWT mengkaruniakan pada kita kehati-hatian bila dititipi kesuksesan, karena bila kita diuji dengan kegagalan ternyata akan lebih mudah dari pada kita diuji dengan kesuksesan.
Kita orang telah diperingatkan dalam surat Al-Mu'minuun berikut ini.
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka". QS;23.Al-Mu'minuun : 57.
Namun demikian, sudah menjadi kehendak Allah, betapapun bahagianya orang yang lengah, masih lebih bahagia orang yang senantiasa ingat dan waspada.
Ketamakan, loba' membuat kita terlena lupa daratan, lupa kalau kita itu sesungguhnya tak punya apa-apa seperti kaum papa yang beratap langit.
Lupa kalau uang yang kita punya itu sesungguhnya bukan yang ada di dompet kita. Uang sesungguhnya yang kita punya hak adalah yang telah kita infakkan, yang telah kita amal sadhaqah jariyah itu.
Meskipun kita bekerja mencari uang, dengan berbisnis meraup keuntungan dengan suksesnya, tapi datangnya rejeki bukan dari langit, bukan dari atasan, bukan dari konsumen pelanggan kita, dan ternyata telah ada yang mengatur takarannya, banyak sedikitnya. Tersirat jelas dan tegas dalam firman-Nya, kita manusia wajib berusaha terus berusaha, berikhtiar dan berdo'alah.
وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ
"dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan", QS: 53 An-Najm:48.
Sedikitnya rejeki yang dititipkan seolah kita punyai, padahal kita orang tak punya apa-apa. Sebanyak rejeki yang diberikan akan tak berarti dan tak akan bertambah apabila tak ada rasa terimakasih, tak ada rasa syukur sama sekali karena sering lupa dan khilaf, bukan?
Ya Allah ya Rabb, berilah dan mudahkanlah anak istriku atau suamiku saudaraku menjadi orang yang pandai bersyukur atas nikmat-Mu. Aamiin.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" QS;14 Ibrahim: 7.
Sukses sebagai keberhasilan meraih cita-cita yang kita impikan, apabila mencakup aktivitas yang kita lakukan menjadi amalan yang diridhai dari rachmad Allah SWT; terjalin dan berkembangnya silaturahmi; bertambahnya ilmu pengalaman dan ketrampilan yang semakin kompeten; pekerjaan dan amalan kita bermanfaat bagi orang lain; semakin baik sikap, tingkah laku dan nama baik kita.
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain, berakhlak mulia, mempelajari Al Quran dan mengajarkannya, serta orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya." diriwayatkan HR. Bukhari dan Muslim.
Sukses tidaklah datang dengan sendirinya, kesuksesan perlu diraih dan digapai.
Setiap orang yang normal beriman pasti ingin sukses dalam hidupnya. Hakekatnya kesuksesan itu milik setiap orang.
Kesuksesan dapat dicapai dengan ridha dan hidayatullah apabila kita beribadah dengan benar, berakhlak baik, bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas, tidak suka tidur pagi, belajar dan meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri; bantu sesamanya, bersahaja, bersih hatinya, berupaya berusaha, berikhtiar dan berdo'alah.
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan,
dan bisa Bermanfaat serta bisa kita ambil hikmahnya.
Aamiin ya Rabbal 'alamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar