Bismillahhir rahmanir rahim:
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jika kita manusia memanfaatkan secara maksimal umur, waktu dan hari-hari yang kita lalui untuk semakin menegakkan dan meninggikan kalimat 'tauhid', maka kita orang telah memperoleh ‘mutiara’ yang paling berharga dan mulia; Al-'Ashr.
Al-'Ashr adalah sesuatu yang paling berharga yang dikaruniakan Allah pada kita manusia. Sebab dengan Al-'Ashr kita dapat beribadah kepada Allah ta’ala, dengan adanya Al-'Ashr Allah diibadahi.
Rugi semakin merugi waktu kita terbuang apabila sering dipergunakan untuk terus menerus marah-marah melulu. Untungpun buntung, karena banyak disia-siakan segala nikmat serta anugerah yang telah Allah berikan, yang telah Allah titipkan, karena tertutup hawa amarah yang berlebihan, bersifat fasya' penuh nafsu syaitan yang terkutuk.
Syaitan yang menggoda bisa langsung atau hanya lewat berita mimpi buruk yang disampaikan, dapat berujung kemarahan membabi buta, padahal berniat berbuatpun tidak ada niatan.
Orang marah. itu cepat lelah, kalau lelah pasti lengah, kalau sudah lengah tentu kalah, kalau tidak ingin kalah ya jangan suka marah-marah melulu.
Selain mengganggu suasana, sikap emosional marah-marah jelas menghambat efektivitas kerja keseharian. Rugi waktu rugi energi dan rugi apa yang telah Allah berikan atau titipkan.
Kita orang yang suka mengumbar emosional 'marah-marah' cenderung seringnya membesar-besarkan masalah. Bila sudah demikian, waktu produktif kita, waktu ibadah dan amal kebaikan kita akan hilang terbuang percuma, tak berguna, sia-sia belaka akibat kurang mensyukuri nikmat Allah. Nikmat mana lagi yang disembunyikan, dikarenakan kurang mensyukuri nikmat Allah SWT yang seharusnya dapat dinikmati menjadi disia-siakan?
Padahal Allah Ta’ala telah menjelaskannya, bahwa semua manusia berada dalam kerugian total kecuali orang yang memiliki empat kualifikasi yaitu ‘iman, amal shalih, nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran’.
'Iman' terhadap hal yang diperintahkan Allah agar beriman dengannya. Namun, iman tidak akan dapat terealisasi tanpa keberadaan ilmu yang merupakan cabang darinya dimana hanya bisa terlengkapi dengannya.
'Amal shalih' mencakup semua perbuatan baik, yang zhahir maupun bathin, wajib maupun Mustahabb 'dianjurkan' yang terkait dengan hak-hak Allah dan hak makhluk-Nya.
'Saling nasehat-menasehati', berjanji, mewasiatkan satu sama lain, menggalakkan dan mensugesti untuk selalu beriman dan beramal shalih.
'Saling berwasiat satu sama lain agar bersabar' berikut dengan semua jenis-jenisnya, sabar di dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar untuk tidak berbuat maksiat kepada-Nya dan sabar terhadap takdir, ujian, sakit, musibah maupun kenikmatan dari Allah yang tidak mengenakkannya, tanpa kesabaran.
Dengan dua hal pertama 'iman dan amal shalih', seorang hamba dapat melengkapi dirinya sendiri sedangkan dengan dua hal berikutnya dia dapat melengkapi orang lain dan dengan melengkapi keempat-empatnya, maka jadilah seorang hamba orang yang terhindar dari kerugian dengan meraih keuntungan yang besar.
Inilah dia yang tentunya akan selalu diupayakan oleh kita manusia yang berakal di dalam menapaki kehidupan ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
Demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seseorang dengan perantara dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah” (HR. Bukhari, 2783).
Perlu kita untuk menjaga konsistensi dalam mengajak kebaikan, karena apabila kita lalai dalam mengajak kebaikan dengan berdakwah, maka kita masih berada dalam kerugian, meskipun kita termasuk orang yang mengetahui karena dititipi ilmu berbekal pengalaman untuk mengamalkannya.
Kita ini masih berada dalam kerugian jikalau kita orang hanya mementingkan kebaikan diri sendiri 'egois' dan tidak mau memikirkan bagaimana cara agar saudara kita dapat menjadi lebih baik, selamat di dunia dan akherat.
Berikut ini sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
”Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari nomor 13).
Jika kita merasa senang dengan hidayah yang Allah berikan berupa kenikmatan mengenal Islam yang benar, maka salah satu ciri kesempurnaan Islam yang kita miliki adalah bagaimana kita orang dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan dakwah seberapapun kecilnya sumbangsih yang kita berikan.
Allah ta’ala berfirman, secara jelas dalam Al-'Ashr berikut ini.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” QS:103 Al-'Ashr:1-3.
Allah bersumpah dengan Al-Ashr pada awal surat pendek ini, bersumpah dengan zaman atau masa, bersumpah dengan umur dan bersumpah dengan waktu.
Kita simak lebih lanjut ayat Al-'Ashr berikut ini.
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian”,
Ayat ini memiliki dua tau’kid (penguat) yaitu; inna (yang artinya sesungguhnya) dan la taukid (dalam la-fi yang artinya benar-benar atau sungguh).
Ayat ini memiliki dua tau’kid (penguat) yaitu; inna (yang artinya sesungguhnya) dan la taukid (dalam la-fi yang artinya benar-benar atau sungguh).
Al-insana, artinya manusia (itu), di sini ada al ma’rifah (al) yang memiliki fungsi sebagai al lijinsi (menyeluruhkan, mengglobalkan). Jadi al-insana artinya: seluruh/semua manusia.
Sesungguhnya seluruh manusia 'tanpa terkecuali' itu benar-benar dalam kerugian.
Bagaimana kita akan berusaha untuk membebaskan diri kita dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat Al-'Ashr, dengan lebih beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran dengan kewajiban berdakwah dan saling menasehati agar bersabar?
Allah akan memberikan taufik kepada kita untuk menyempurnakan keimanan, amal shalih, kegiatan saling menasehati agar menegakkan kebenaran kewajiban 'berdakwah' dan saling menasehati agar bersabar, sehingga kita dapat memperoleh keuntungan yang besar di dunia dan di akhirat kelak.
“Wa ‘alaihis salam wa rahmatullah wa barakaatuh"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar