بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala sesuatu yang diniati dengan baik, pasti akan berakhir baik?
“Ati-ati, ojo gemampang”, berhati-hatilah jangan menganggap remeh.
Akankah suatu kebaikan akan diterima sebagai sebuah perbuatan yang luar biasa dan sudah tentu feedback-nya pasti akan baik pula, tentunya?
Niat baik bertemu dengan elemen negatif lagi buruk, hasilnya belum tentu baik, bahkan berpeluang menimbulkan sebuah konflik.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. QS:2 Al-Baqaraht: 110.
Niat baik dengan mengingatkan dengan niat baik tentang risiko, belum tentu diterima dengan baik. Bahkan rentan disalahkan, dan mendapat kecaman atau fitnah. Tapi tidak perlu patah semangat demi kebaikan dan keselamatan orang banyak, perlu kesabaran karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Solusi untuk menghilangkan, mengurangi, menstransfer, membagi atau menerima risiko, dan merencanakan untuk menyelesaikan pekerjaan dari peluang kerja sebaiknya didasarkan pada teknologi yang dikenal atau data dari pengalaman untuk menghindari risiko lebih lanjut.
Ketika solusi untuk risiko diidentifikasi dan diusulkan dengan niat baik, telah diverifikasi bahwa akan ada dampak yang tidak diinginkan atau risiko baru yang terjadi karena pilihan solusi risiko.
Setiap risiko residual yang dihasilkan juga perlu diperhitungkan. Tindakan yang diusulkan didokumentasikan dan telah dikomunikasikan. Risiko yang diterima secara sadar perlu diidentifikasi dan alasan untuk menerima risiko tersebut direkam.
Lagi-lagi kita sebagai manusia biasa, sosok orang yang hanya mengingatkan dengan niat baik tentang risiko yang bakal terjadi, bagai bumerang yang dapat kembali dengan risiko menghantam kita orang yang berniat baik tersebut.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam al-Quran, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Rasulullah SAW bersabda, “Bencana itu akan selalu menghiasi hidup seorang mu’min atau mu’minah, pada jasad, harta dan anaknya sehingga ia bertemu dengan Allah dan dirinya tidak dikotori dosa sedikitpun.” (HR Ahmad). Mohon ampun dan bertobat merupakan syarat mutlak, pertebal keimanan dan tambahi ibadah sunnah bila yang wajib sudah dikerjakan!
Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan mengujinya. Dan barangsiapa yang rela, maka ia mendapatkan ridha-Nya. Dan barang siapa yang marah, maka ia akan mendapatkan murka-Nya.” (HR Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).
Dalam riwayat lain, "Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan mengujinya. Dan barangsiapa yang rela, maka ia mendapatkan ridha-Nya. Dan barang siapa yang marah, maka ia akan mendapatkan murka-Nya.” (HR Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).
Hati-hati menjadi orang baik, karena dapat saja terjebak dalam sebuah kondisi dimana orang yang banyak memberi kebaikan namun banyak menerima keburukan karena perbuatan baiknya seperti rentan dituding sebagai pihak yang disalahkan!
Buahnya bisa jadi fitnah yang didapat, kesalahan yang dipetik, laporannya menjadi buruk, tidak mendapat terima kasih ketika berbuat kebaikan, namun rentan dicerca ketika dianggap berbuat kesalahan, meskipun sebenarnya jika ditilik secara jeli, dia sebenarnya dijebak oleh orang-orang yang tidak baik di sekelilingnya.
Bila kita sering memberi kepada orang belum tentu baik untuk dirinya, bila kita memberi pada orang lain apakah itu halal atau tidak maka Allah SWT memberikan teguran kepada kita. Bersabarlah selalu untuk suatu perbuatan baik.
وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
”Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”. QS:11 Huudt: 115.
Tanpa penerimaan yang baik, maka niat dan tindakan yang baik dapat dipastikan akan berakhir tidak baik dan cenderung mengecewakan, entah bagi pihak yang berbuat baik ataupun orang yang menerima tindakan tersebut.
Bukan hal mudah untuk membuat orang lain selalu mempunyai penerimaan yang baik untuk kita. Tidak semua orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas untuk menerima niat dan tindakan baik kita. Bahkan tak jarang niat baik yang kita lakukan akan berujung konflik, ketika pihak yang menerima kebaikan tersebut telah dipenuhi prasangka buruk dan niat yang buruk.
Berbuat baiklah terus dan teruslah berbuat baik, pantanglah menyerah untuk berbuat baik tapi perlu berhati-hati dan tidak mudah ‘ntuk berpatah semangat.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". QS:2 Al-Baqarah: 201
Aamiin Ya Rabballalamiin.
Perbuatan Jahat Dan Penerimaan Buruk Dari Orang Lain Bukanlah Alasan Kita Untuk Berhenti Berbuat Baik.
Subhanallah, wal Hamdulillah, wa Laailaahaillallahu Allahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar