Selasa, 30 September 2014

Nglakoni, mlaku lan lelaku’

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم .
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Bukankah kita hidup itu untuk memaknai kehidupan itu sendiri?.
Sehingga hidup itu mudah, namun hidup yang sesungguhnya tidaklah mudah bukan? “Sejatine urip kuwi gampang, nanging urip sing sejati iku ora gampang”.
Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah). Bukankah ini jawaban atas tujuan hidup kita?
Manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu Raihlah, meskipun minimal dalam menapaki kehidupan ini agar hidup kita minimal dapat bermanfaat untuk orang lain. Meskipun hanya target minimal agar hidup kita bermanfaat untuk orang lain, namun tidaklah mudah kalau kita tidak memulai dan melakukan dengan tindakan aksi nyata yang diwujudkan dalam amal perbuatan, sehingga apabila mati-pun kita tidak 'kan menyesal. Seseorang mestinya memiliki keterpanggilan untuk saling menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat memberi manfaat kepada sesama.
Ukuran kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain dalam andilnya mengatasi problem pertentangan dan perselisihan, beda pendapat, dan mana yang benar dan mana yang salah seolah tak tampak keadilan itu. Instuisi keterpanggilan nurani kita untuk berkontribusi nyata dalam andil menyelesaikan problem orang lain, problem rakyat, serta problematik siapa saja.
Dalam hubungannya dengan kisah perjalanan kehidupan manusia yang perlu ‘nglakoni, mlaku lan lelaku’. Simak, ketiga kata tersebut berasal dari kata dasar laku. Kata ‘laku’ bermakna langkah atau jalan, tetapi akan lebih tepat dimaknai langkah yang harus dijalani 'dilakoni'. Laku kita merupakan syarat untuk menuju ‘paraning dumadi’. Cermati dengan seksama kisah laku hidup ‘sangkan paraning’ manusia dalam Tembang Pucung berikut:
“Ngelmu iku kelakone kanthi laku,
Lekase lawan kas,
Tegese kas nyantosani,
setya budya pangekese dur angkara”.
Ilmu itu terjadinya disertai langkah,
Bermula dari kesungguhan,
Kesungguhan bermakna menyentosakan,
Setia memperjuangkan hilangnya kejahatan.
'Langkah' mengayuh ilmu dengan kesungguhan akan menuai kekuatan dalam memerangi kejahatan dan kebobrokan serta kemerosotan moral. Tampak, ada tiga unsur dalam menanamkan nilai moral dengan unsur ‘pengertian, perasaan, dan tindakan’. Tuntunan ajaran etika moral oleh Ki Hadjar Dewantara yang diajarkan untuk kita bisa ‘ngerti, ngrasa, dan nglakoni’, supaya nilai yang ditanamkan tidak tinggal sebagai pengetahuan saja tetapi menjadi tindakan orang-perorang.
Bukankah adanya beban hidup, tugas dan kewajiban yang kita emban anggapannya seringnya diucapkan ‘Kulo mung sakdremo nglakoni’ (sekedar menjalankan perintah Allah SWT). Kita ini merasa diberi Nikmat dan Rahmat Allah yang mengikuti setiap gerak langkah perbuatan dan tindakan kehidupan kita dalam mengemban amanah Allah.
Tanpa disadari, ajakan ini membuat kita dapat mawas diri saling “sawang sinawang”, dan terhindar dari perilaku tidak ‘tamak, serakah, rakus, ambisius’ karena sejatinya manusia yang sudah sampai tataran “hilangnya” keinginan (duniawi), akan menemui ketenteraman jiwa, karena Ia sangat menikmati “perjumpaannya” dengan sang Khalik, yaitu Allah SWT.
Untuk itu, hidup ini kita upayakan relevansinya dengan tujuan Sang Pencipta, kita manusia sebagai hasil ciptaan-Nya, menjadi “Rahmatan lil ‘alamin”, menjadi Rahmat bagi semesta alam. Dalam kancah perubahan peraturan, perundangan dan kepemimpinan yang dipilih rakyat, sebaiknya kita bingkai kehidupan ini dengan misi pengabdian kepada Allah SWT dengan berorientasi manjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.
Apabila kita hendak menjadi manusia yang bermanfaat sesungguhnya kita ini telah menanamkan kebaikan kepada diri kita sendiri. “Sapa nandur, sapa ngundhuh”, siapa menabur, dia akan menuai. Lebih lanjut, upaya menanam kebaikan dijelaskan dalam firman-Nya.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. QS:17 Al-Israa': 7.

1 komentar:

  1. Keterpurukan hidup membuat saya melakoni pesugihan di PAK MANDALA,sebelumnya saya Mendapatkan no hp aki (082348985714) dari teman yang sudah sukses kaya, saran PAK MANDALA pesugihan yang cocok untuk saya adalah Bank GHAIB, di waktu itu tanpa banyak perhitungan saya ikuti petunjuk dari aki ,saya sudah sangat bingung dengan hutang yang beratus-ratus juta. Untung saja ada PAK MANDALA yang membantu melalui syareatnya. Saya serahkan umur 1 hari saya untuk ritual ini . pada malam pelaksanaan ritual saya merasa sesuatu yang sangat asing,. Karna merasa tak kuat kemudian saya coba melelapkan diri, entah sadar atau tidak saya melihat sosok makhluk tinggi besar yang memberikan saya kain hitam yang berisi uang 50-100rbuan yang sangat banyak setelah benar-benar sadar saya memeriksa kotak hitam yang telah saya persiapkan sebelumnya atas perintah PAK MANDALA ,dan dengan sangat terkejut saya melihat kotak tersebut penuh dengan uang 50-100ribuan sampai ratusan lembAr banyaknya , tanpa ada rekayasa saya membuat kesaksian ini karna semua ini benar-benar saya alami. SUMPAH DEMI ALLAH DAN ATS NAMA KELUARGA Saya ucapkan ribuan terimkasih kepada PAK MANDALA,saat ini hutang saya telah lunas dan saya tlah memiliki toko elektronik yang lumayan besar . sekali lagi saya ucapkan terimakasih yang sangat besar kepada PAK MANDALA dan keluarga.

    BalasHapus